Belakangan ceramah beberapa dai dipermasalahkan lantaran isi ceramahnya menimbulkan keresahan. Seperti menghina, menghujat atau melecehkan.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis meminta kepada dai dai agar kasus yangada belakangan ini menjadi pelajaran bagi semua pihak.
“Seperti halnya kasus Gus Muwafiq. Ini cukup menjadi pelajaran bagi kita semua,” ujarnya dikonfirmasi majalahnurani.com
Salah Memahami
Dia menyarankan agar pendakwah lebih berhati-hati ketika berbicara atau menyampaikan ceramah.
Meskipun pendakwah, ustad tk membenci Rasulullah, namun dengan penyampaian yang salah maka masyarakat akan salah memahaminya.
KH Cholis menyakini bahwa umat Islam tak ada yang membenci atau menghina Nabi. Hanya saja cara penyampaian isinya salah.
“MUI juga meminta kepada pendakwah agar lebih berhati hati ketika menyampaikan ceramah dan tak membuat publik salah paham
Ini menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya para dai, hendaklah yang menjadi diskusi-diskusi di ranah pribadi, wilayah individu, wilayah terbatas jangan sampai dibawa ke ranah umum yang memungkinkan orang-orang umum publik umum menjadi salah paham,” sambungnya.
Dari penyampaian yang salah itu, jelas ada sebagian orang, dan ulama yang tersinggung perasaanya.
Bahasa Indonesia
Kemudian KH Cholil juga berpesan agar berceramah dengan menggunakan bahasa Indonesia. Agar masyarakat semua bisa memahaminya. Kalau menggunakan bahasa daerah, bisa disalahartikan.
“Ini sangat subjektif tidak bisa diukur umpanmanya dengan ilmu lingustik, apalagi dengan menggunakan bahasa jawa, makanya kungkin beda-beda persepsinay, sehingga tidak salah juga masyakarakat merasa terlukai,” tegasnya.01/ Bagus