Menebar Berita Dusta, Menuai Dosa Jariyah

Bismillah….
Saudaraku, di saat umat manusia dilanda wabah corona, ujian dan kepanikan yang luar biasa seperti sekarang ini, ternyata banyak yang memanfaatkannya dengan membuat berita dusta, hoax dan kemudian dishare. Tujuannya hanya satu, membuat orang lain tambah panik, resah dan gelisah.
Kita sebagai umat Rasulullah harusnya tidak ikut larut nge-share berita itu tanpa melakukan klarifikasi atau tabayyun. Karena sesungguhnya dampak berita dusta itu sangat luar biasa dalam kehidupan kita, baik di dunia apalagi di akhrat kelak. Bahaya fitnah dan berkata bohong selain mencelakai diri sendiri juga menyebabkan kerusakan bagi orang lain. Itu sebabnya Islam melarang keras perbuatan tercela ini.

DIALAMI AISYAH
Pada zaman Rasulullah penyebaran berita dusta sudah pernah terjadi, sampai akhirnya turun ayat. Bahkan tidak tanggung-tanggung, yang difitnah adalah istri Nabi.
Bermula ketika istri Nabi mendapat giliran menyertai Rasulullah dalam Perang Muraisi’, Sayyidah Aisyah kehilangan kalungnya saat perjalanan menuju Madinah pasca peperangan.
Dalam perjalanan pulang itu, mereka beristirahat di sebuah tempat. Saat itu Sayyidah Aisyah keluar dari tandunya untuk satu keperluan. Ketika kembali ke tandunya, Sayyidah Aisyah kehilangan kalung, akhirnya beliau keluar lagi untuk mencarinya.
Saat kembali untuk yang kedua kali inilah, Sayyidah Aisyah kehilangan rombongan, karena Rasulullah telah memerintahkan pasukan beliau berangkat. Para sahabat yang menaikkan tandu itu ke punggung unta tidak menyadari bahwa Sayyidah Aisyah tidak ada di dalamnya.
Sayyidah Aisyah pun gelisah karena ditinggal rombongan, namun beliau tidak kehilangan akal. Sayyidah Aisyah tetap menunggu di tempat semula, dengan harapan rombongan Rasulullah segera menyadari ketiadaannya dan kembali mencarinya di tempat mereka istirahat.
Akan tetapi yang ditunggu tidak kunjung datang. Sampai akhirnya salah satu sahabat Rasulullah bernama Shafwan bin Al-Mu’atthal As-Sulami radhiyallahu ‘anhu lewat di tempat itu dan mengenali Sayyidah Aisyah.
Shafwan bin Al-Mu’atthal kemudian membantu Sayyidah Aisyah. Sayyidah Aisyah naik untanya, sementara Shafwan menuntunnya sampai ke Madinah.
Sejak bertemu dan selama perjalanan, Shafwan tidak pernah mengucapkan kalimat apapun kepada Sayyidah Aisyah selain ucapan “inna lillaahi wa inna ‘ilaihi raaji’un” karena kaget saat mengetahui Sayyidah Aisyah tertinggal.

Baca juga  Gempa M 6.0 Guncang Tuban, Terasa Sampai Surabaya

SEBAR BERITA PALSU
Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh kaum munafik. Mereka membubuhi kisah ini dengan berbagai cerita bohong. Di antara yang sangat berantusias menyebarkan cerita bohong dan keji itu adalah tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Cerita bohong itu menyebar dengan cepat, dari mulut ke mulut, sehingga ada beberapa sahabat yang terfitnah dan tanpa disadari ikut andil dalam menyebarkan berita ini.
Rasulullah sedih mendengar berita yang tersebar. Bukan karena meragukan kesetiaan istri beliau. Nabi sangat percaya Sayyidah Aisyah maupun sahabatnya Shafwan tidak seperti yang digunjingkan. Berita yang sangat menyakiti hati Rasulullah ini memantik kemarahan para sahabat dan hampir saja menyulut pertikaian di antara kaum muslimin.
Hampir saja kekacauan yang diinginkan kaum munafik menjadi nyata.
Namun akhirnya turun wahyu surah an-Nuur ayat 11-20. Inilah firman-Nya yang membebaskan Aisyah dari segala tuduhan dan fitnah keji.

KISAH PENARIK ZAKAT
Pada suatu hari, Nabi SAW memanggil salah seorang sahabat bernama Al-Walid Ibn Uqbah. Nabi meminta Al-Walid berangkat ke perkampungan Bani Al Musthaliq untuk menarik zakat dari umat Islam di daerah itu.
Tak menunda lama, Al-Walid segera berangkat. Tiba di kampung Bani al-Musthaliq, Al-Walid disambut dengan suka cita. Sejumlah orang membawa parang dan pedang untuk menyembelih kambing dan unta sebagai jamuan penghormatan terhadap utusan Rasulullah, Al-Walid ibn Uqbah.
Rupanya, Al-Walid salah paham. Ia menyangka bahwa dirinya akan dibunuh. Penduduk di daerah itu disangka sudah banyak yang keluar dari Islam. Karena ketakutan, dia berbalik arah dan pulang ke Madinah. Ia lapor pada Nabi SAW tentang kejadian itu. Dia membuat cerita bohong kepada Nabi bahwa penduduk di sana tidak mau membayar zakat dan bahkan mereka akan membunuhnya.

Baca juga  Prabowo: Demi Rakyat, Saya Akan Lawan Korupsi, Saya Tidak Gentar

DILAKUKAN TABAYYUN
Rasulullah tidak percaya begitu saja informasi Al-Walid itu. Nabi SAW kemudian menunjuk Khalid Ibn Walid bersama sejumlah prajurit untuk tabayyun dan mengecek kondisi lapangan. Tiba di kampung Bani Al-Musthaliq pada malam hari, Khalid Ibn Walid menyebar sejumlah mata-mata ke beberapa pojok perkampungan.
Para prajurit tak menemukan tanda-tanda “pembangkangan” seperti diceritakan al-Walid. Justru yang terjadi sebaliknya. Antusiasme ber-Islam penduduk Banil Musthaliq luar biasa.
Lalu turunlah ayat, “Wahai orang-orang beriman! Jika seorang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu” (al-Hujurat ayat 6).
Karena itu, jika ada “orang tak jelas” membawa berita, maka telitilah agar kita tak sengsara dan tidak mencelakakan orang lain.

DOSA JARIYAH
Saudaraku, sangat berat hukumnya seseorang yang menyebar berita hoax dan bohong. Apalagi berita itu kemudian dishare dan menjadi viral. Betapa banyak jariyah dosa yang kita dapat dari kebohongan yang sudah menyebar itu. Ini sudah diperingatkan Rasulullah dalam sebuah hadisnya:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” ( HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
Artinya, kalau ada yang menyebar berita bohong dan diikuti oleh banyak orang, maka dosa kebohongannya itu akan dilipatgandakan sebanyak orang yang ikut memviralkan. Kawan, sangat ngeri dampak dari dosa menyebar informasi palsu itu.

Baca juga  Peduli Korban Gempa, SMCC UNESA Kirim Relawan ke Bawean

TERMASUK MUNAFIK
Dalam alquran, posisi neraka yang paling jelek dan paling berat siksanya itu adalah neraka yang disiapkan untuk orang munafik.
Allah berfirman,” “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. an-Nisa: 145
Nah, siapakah orang munafik itu. Maka Rasulullah memberikan tiga ciri khusus seseorang yang disebut munafik. Dalam hadis Rasulullah disebutkan:
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat (HR. Al- Bukhari)
Nah, berkata, bercerita dan penyebar berita bohong ternyata menduduki peringkat pertama katagori munafik. Karena itu, berhati hatilah nge-share berita yang belum jelas kebenarannya karena kita nanti akan terjebak dalam dosa Jariyah berantai dan dihadapan Allah nanti kita dikategorikan sebagai orang munafik yang tentunya mendapat tempat di neraka yang paling hina dan paling bawah. Nauzubillah.
Semoga bermanfaat…

Surabaya Sabtu 31 Juli 2021
Renungan pagi,
Nur Cahya Hadi, direktur majalahnurani.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed