Usung Revitalisasi Makanan Tradisional, Mahasiswa UNAIR Raih Penghargaan Internasional

Kasus penyalahgunaan narkotika, zat adiktif, dan obat-obatan terlarang (narkoba) di Indonesia hingga kini masih belum terselesaikan. Penyebaran narkoba Indonesia telah merajalela hingga ke berbagai pelosok daerah. Penyebarannya pun kian beragam. Bahkan, baru-baru ini ditemukan narkoba yang diselundupkan pada makanan. Menanggapi masalah tersebut, mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) menggagas inovasi berupa kombinasi kue sagon dengan kulit pisang sebagai penstabilisasi obat pentylone.

Mereka adalah Bernika Citra (FISIP ’20), Ardelia Bertha (Kebidanan ’19), Syadilla Rahmansyah (FKM ’19), Ria Chusnita (FKG ’19), dan Fathi Falah (FKM ’21). Melalui inovasi itu, kelimanya berhasil meraih medali perak dalam ajang World Science, Environment and Engineering Competition (WSEEC) canangan Internasional Young Scientist Association (IYSA) pada Jumat (4/8/2023).

Tentang Inovasi

Bernika mewakili tim delegasi bercerita bahwa dalam kompetisi itu, mereka menggagas inovasi bertajuk Revitalization of Illegal Narcotics Cake Combine with Banana Peels Waste as Pentylone Drug Stabilizing Agents Based on Sagon Food Indonesian Local Wisdom. Gagasan yang mereka usung bertujuan untuk merevitalisasi makanan tradisional, yakni sagon. Makanan khas Yogyakarta yang baru-baru ini marak disalahgunakan sebagai sarana penyelundupan obat-obatan terlarang. Melihat permasalahan tersebut, Bernika bersama tim mencoba mengembalikan citra sagon sebagai makanan tradisional yang menyehatkan. Cara itu dilakukan melalui inovasi dan kombinasi komponen-komponen baru yang lebih menyehatkan dalam sagon.

Baca juga  Menteri Muhaimin Apresiasi Komitmen Presiden Prabowo Naikkan Gaji Guru

Lebih lanjut, Bernika menjelaskan bahwa ia dan tim berinovasi menggunakan kulit pisang untuk selanjutnya dijadikan bahan campuran dalam sagon. Kulit pisang ini, kata dia, mengandung senyawa-senyawa khusus yang berguna sebagai bahan stabilisasi kesehatan bagi pengguna narkoba jenis pentylone. “Melihat masalah pada makanan tradisional sagon itu, kami berinovasi dengan mengoptimalisasi penggunaan kulit pisang (Musa paradisiaca) sebagai bahan penstabil bagi pengguna pentylone,” terang Bernika pada Selasa (8/8).

Kulit pisang ini dipilih sebagai kombinasi lantaran manfaat dan khasiatnya yang sangat melimpah. Kulit pisang mengandung asam amino triptofan yang mampu menurunkan tingkat halusinasi dan depresi sehingga dapat dijadikan alternatif rehabilitasi. Selain itu, kulit pisang juga mengandung senyawa pektin yang dapat dimanfaatkan dalam industri pangan, yakni meningkatkan viskositas dan menstabilkan sistem emulsi. “Dengan demikian, potensi tersebut dapat memberikan citra positif terhadap makanan tradisional dan mendukung rehabilitasi pecandu narkoba,” ujar Bernika.

Baca juga  Mulai 2025, Guru ASN Bisa Mengajar di Sekolah Swasta

Bagikan Tips

Perolehan prestasi dalam ajang internasional semacam ini bukan kali pertama bagi Bernika dan rekan-rekannya. Untuk itu, ia mencoba membagikan tips pada para mahasiswa lain untuk turut berprestasi seperti dirinya. Bagi Bernika, tips paling utama untuk mencapai prestasi adalah dengan berkumpul bersama orang-orang yang memiliki visi, misi, dan tujuan yang sama. Lantaran, keberadaan diri dalam lingkungan ini akan turut membentuk dan membangun jati diri mahasiswa di dunia perkuliahan. Baik itu dalam aktivitas akademik maupun non-akademik yang bisa memberikan dampak positif bagi mahasiswa.

“Untuk tipsnya, kita bisa cari lingkungan yang memiliki keinginan sama atau satu tujuan, sehingga nanti kita pasti akan ikut terdorong untuk terus memperjuangkan hal-hal tersebut, baik lomba, olahraga, atau akademik,” ucapnya. Mewakili timnya, Bernika berharap agar apa yang telah mereka dapatkan saat ini dapat menjadi teladan baik untuk diikuti oleh para mahasiswa. (Ra, foto: UNAIR)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed