Baru-baru ini, isu polusi udara yang terjadi di kota-kota besar terus menuai berbagai tanggapan. Banyak yang mengira bahwa berada di dalam ruangan dapat menghindarkan mereka dari masalah polusi udara. Nyatanya, polusi udara juga dapat terjadi di dalam ruangan. Dampaknya pun tak kalah membahayakan dibanding polusi udara di luar ruangan.
Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Corie Indria Prasasti, SKM, MKes membeberkan pentingnya menjaga kondisi udara dalam ruangan. Ia mengatakan, manusia menghabiskan waktunya hampir 80-90% berada dalam ruangan. Untuk itu, kualitas udara di dalam ruangan juga perlu mendapatkan perhatian khusus.
Penurunan Kualitas Udara dalam Ruangan
Corie menjelaskan, meski berada di dalam ruangan, tetapi kualitas udara juga tetap perlu dijaga. Pasalnya, kualitas udara ruangan ternyata juga dapat menurun sewaktu-waktu. Hal itu biasanya disebabkan oleh adanya pajanan polutan dalam ruangan yang berasal dari peralatan rumah tangga mengandung bahan kimia mudah menguap atau volatile organic compounds (VOCs). “Selain itu, pajanan yang berasal dari asap rokok, bangunan yang lapuk dan lembab, insektisida baik bakar maupun semprot, kosmetik berbentuk spray, cairan pembersih ruangan, sampah, bahan bakar, dan asap kendaraan bermotor juga dapat menyumbang polusi udara dalam ruangan,” jelasnya.
Penurunan kualitas udara ruangan ternyata juga dapat disebabkan oleh adanya pajanan polutan luar yang masuk ke dalam ruangan. Polutan itu bisa berasal dari asap pembakaran sampah, asap pabrik maupun home industry. Kemudian, yang tak kalah pentingnya adalah ventilasi. Dalam sebuah ruangan, ventilasi berfungsi untuk melancarkan pergantian udara yang mengalir dari dalam dan luar ruangan. Sehingga, apabila ventilasi sangat buruk maka akan memengaruhi penurunan kualitas udara dalam ruangan.
“Jika kondisi ventilasi sangat buruk, maka pertukaran udara dalam dan luar akan sangat minim sekali,” ucap Corie.
Tips Antisipasi
Buruknya kualitas udara dalam ruangan juga dapat berdampak pada kesehatan penghuninya. Berbagai masalah kesehatan pernapasan seperti alergi, asma, flu, hingga pneumonia akan muncul akibat pajanan polutan ruangan dalam waktu lama dan berulang. Untuk mencegah dampak buruk tersebut, Corie memberikan beberapa catatan. Menurutnya, perlu adanya edukasi budaya hidup bersih dan sehat di dalam rumah. Setiap individu perlu membiasakan diri untuk menerapkan kebiasaan seperti membuka jendela setiap hari, membersihkan debu dari lantai dan perabotan rumah tangga. Selain itu, pemerintah melalui instansi terkait juga perlu memberikan edukasi bagi masyarakat dalam memilih dan menggunakan benda-benda aman dalam ruangan.
“Kita perlu mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam memilih dan menggunakan benda-benda yang akan masuk ke dalam rumah. Terutama terkait penggunaan bahan-bahan kimia di rumah, harus dikurangi,” paparnya.
Terakhir, yang tak kalah penting adalah mengoptimalkan ventilasi udara dalam ruangan serta menghiasi ruangan dengan tanaman penyerap polutan. Hal itu, kata Corie, dapat membantu menjaga kualitas udara tetap bersih meski terpajan polutan dari berbagai sumber. “Kita juga perlu mengoptimalkan pertukaran udara dengan adanya ventilasi, bisa berupa jendela maupun lubang angin. Kita juga bisa meletakkan tanaman-tanaman yang memiliki kemampuan menyerap polutan dalam rumah, misalnya lidah mertua (Sansevieria), peace lily, dan lain sebagainya,” pungkasnya. (Ra/Bagus)