Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Timur berbagi tips ke mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) cara menjauhi narkoba. Diantaranya yakni membangun imunitas yang kuat. “Caranya gimana? Melalui pengelolaan stres dan pemahaman diri. Dengan cara ini, remaja dapat mengubah pengaruh negatif menjadi hal positif,” ungkap Analis Penyuluhan & Layanan Informasi, BNN Jatim Sri Artanti Maryani memberi materi kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Senin (4/9).
Lebih itu, muslimah yang akrab disapa Tanti, mengajak mahasiswa Unusa agar terus Bersinar, alias selalu bersih narkoba. Dipaparkan, survei tahun 2021, usia produktif 15 sampai 25 tahun memiliki tingkat pemakaian narkoba yang tinggi. Ganja adalah yang paling banyak digunakan, terutama di Jawa Timur. Rata-rata, pemakaian narkoba di tahun 2021 dan 2022 ini mengalami peningkatan di kalangan remaja.

Faktor penyebabnya, terang Tanti, karena mereka tidak memiliki ketahanan diri yang cukup kuat. Mereka sering tidak mampu menolak ajakan dari teman, dan tidak memiliki sikap yang tegas terhadap narkoba. Menurut Tanti mereka umumnya tahu tentang dampak negatif narkoba, tetapi seringkali tidak dapat menghindarinya. “Selain itu, mereka juga sering kesulitan mengelola stres dan tekanan,” sambungnya.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk ketahanan diri remaja dan mencegah penyalahgunaan narkoba. Tanti menandaskan, meskipun remaja banyak berinteraksi di sekolah maupun kampus, keluarga harus menjadi landasan utama yang solid. “Dengan keluarga yang harmonis dan mendukung, akan lebih mampu menolak godaan narkoba,” urainya.
Perempuan kelahiran Surabaya, 16 September 1986 ini mengakui bahwa upaya preventif sangat ditekankan. Seperti sosialisasi di perguruan tinggi, serta pembentukan ketahanan diri remaja dan keluarga. Bahkan, lingkungan juga memiliki pengaruh besar. Ketika remaja berada di lingkungan positif, mereka cenderung melakukan hal-hal positif. “Namun, saat bergaul dengan orang-orang yang terlibat dalam narkoba, mereka cenderung mencoba-coba karena dipengaruhi oleh teman-teman mereka,” imbuhnya.
“Ini merupakan upaya dalam peran kami sebagai penyuluh di BNNP Jawa Timur dalam memberikan informasi dan layanan penyebaran kesadaran mengenai narkoba,” pungkasnya.
Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie, menambahkan, mahasiswa sebagai generasi yang akan memimpin bangsa ini di masa depan harus menjadi orang baik yang tidak boleh berhenti berinvestasi dalam perbuatan baik setiap saat. Dia mengatakan, mahasiswa dihadapkan pada tantangan luar biasa berat, termasuk kemandirian di bidang energi, teknologi, dan perekonomian yang bersih dari unsur-unsur merugikan. “Orang baik harus berani menolak praktik-praktik yang akan merugikan bangsa di masa depan,” katanya.
Untuk menjadi bangsa besar dan bermartabat di tengah pergaulan masyarakat internasional, lanjut Prof Jazidie, mereka harus berani berkata tidak dan melatih diri dengan penuh percaya diri. “Belajar saja tidak cukup; mereka juga perlu memiliki “social capital” dan “hard skills” serta berkompetensi di era revolusi industri,” ungkapnya.
Jazidie menambahkan, mahasiswa harus mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik, bekerja sama dengan orang lain, menghargai orang lain, dan berinovasi adalah hal-hal yang penting. Ini mungkin tidak selalu sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari, tetapi harus dikembangkan bersamaan dengan aktivitas kemahasiswaan, seperti berorganisasi. Selain itu, Mahasiswa harus bersih dari narkoba, karena narkoba dapat merusak masa depan.
“Untuk melawan godaan yang mengarah ke narkoba, mahasiswa dapat menghadiri kuliah umum, berpartisipasi dalam diskusi, dan terlibat dalam unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM), di Unusa ada UKM Relawan Anti Narkoba (RAN). Kegiatan ini bisa melibatkan para pakar, dan bisa streaming (umum) yang dihadiri oleh banyak orang. Ini merupakan bagian penting dari proses belajar di berbagai disiplin ilmu di Unusa,” tegasnya. (Ra, foto: Bagus)