Curhat Peserta PMM Kagumi Unair

Wajah Ara sumringah. Sesekali telapak tangannya menutupi wajahnya. Jantungnya berdetak kencang.  Berdiri di depan ratusan peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) sedikit membuatnya gemetar. Apalagi dihadapannya, berdiri Prof Nasih, Rektor Universitas Airlangga (Unair) sedang menyambutnya.
“Kenapa pilih Unair?” tanya Prof Nasih tersenyum.
“Unair kampus top dunia, Pak!” ungkapnya tersipu malu. Kontan jawaban Ara disambut ribuan tepuk tangan di acara penyambutan peserta PMM 2023 yang digelar Sabtu (2/9) di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C Unair, Surabaya.

Bagi Ara, yang notabene mahasiswa Universitas Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat, bisa kuliah di Unair merupakan mukjizat. Sebab, dulu saat mendaftar SNMPTN di Unair, Ara gagal. Memang saat ini Ara mahasiswa aktif di Universitas Mataram. Tapi berkat kegigihannya, dia terpilih kuliah di Unair selama satu semester melalui  program PMM 2023. Memang sebentar. Namun bagi Ara, kuliah di kampus impiannya, Unair,  merupakan prestisius.

“Pengen banget ngerasain kuliah disini. Semoga nanti dosennya bisa ngasih nilai kuliah A,” ucapnya berharap.

“Makan pisang raja diatas tangga. Rasanya nikmat dan kenyang luar biasa. Selamat datang di Universitas Airlangga. Semoga Anda betah dan bahagia,” sahut Prof Nasih bernada kidungan khas Unair.

Baca juga  Dirjen Diktiristek Resmi Membuka Konaspi XI di UNESA, Wujudkan indonesia Emas

Beda lagi dengan Resya Amalia, mahasiswa Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat. Jauh sebelum masuk kuliah, tatapan mata Resya  selalu tertuju di pucuk ASEEC Tower Unair. Namun itu sebatas di layar gadgetnya. Sembari berdoa, sesekali muslimah 21 tahun ini menaruh harapan bisa kuliah di kampus merdeka. Kampus berjuta prestasi.
“Iya, kampus berprestasi. Buktinya top 345 dunia,” seru Resya.

Rupanya Sang Khalik mendengar tambatan hati Resya kala itu. Resya pun dituntun untuk mendaftar program PMM. Hanya satu pilihan. Langsung Unair. “Pilihan pertama tetap Unair,” ungkapnya mengenang.

Singkatnya, Resya girang bukan kepalang melihat namanya muncul diterima di Unair. “Alhamdulillah, Masya Allah seneng banget,” getar bibir Resya.

Meski baru beberapa hari menginjakkan kaki di Unair, ada pengalaman berkesan. Resya kadang tertegun kagum. Hatinya campur aduk dengan ketakjuban. Hari itu mata telanjangnya benar-benar tahu persis posisi ujung ASSEC Tower. “Iya, itu saya lihat gedungnya langsung,” ungkap Resya yang kental dengan logat Padang.

Baca juga  AHY Raih Gelar Doktor Lulusan Unair

Banyak pengalaman yang didapat Resya. Mulai dari teman berbagai suku, adat dan budaya yang dikenalnya. Terutama pada logat bahasanya. Mengingat itu, Resya tersenyum sendiri.
“Ternyata benar, ini nggak sekedar kampus merdeka. Kampus toleransi,” ucapnya.

Kekaguman Resya berlanjut soal SDGs Unair. Menurutnya Unair Eco Friendly. Dan ternyata cashless. “Bagus banget! Nggak nyangka sih!” celetuk Resya.

Tak menampik bahwa di daerahnya, belum ada yang seperti itu. Resya bahkan yakin dengan pengalaman ini, nantinya bisa ditularkan di kampusnya. “Bener kaget. Orang sini lebih tahu pemilihan sampah juga,” urainya.

Resya pun terus menceritakan Unair tanpa henti. Tak terasa bola matanya berkaca-kaca. Ya, penuh kekaguman, Resya mengakui bahwa Unair kampus yang patut dibanggakan. Kampus yang mencerdaskan bangsa. “Disini juga disiplin. Saya senang banget kuliah di Unair,” pungkas Resya tersenyum.

Tentu tak hanya Ara dan Resya saja merasakan kekaguman Unair sebagai kampus merdeka. Lebih itu, peserta PMM menilai bahwa Unair merupakan kampus excellence with morality. Senantiasa mahasiswa dituntut menjunjung tinggi nilai-nilai luhur ajaran agama dan budaya bangsanya. Bahkan harus memiliki pemikiran yang kritis untuk mengetahui ilmu pengetahuan tiada batas.

Baca juga  Forum IIA Pertamina, Ajak Mahasiswa ITS Wujudkan Ketahanan Energi

“Kita berharap tak hanya otaknya yang dicerdaskan, tapi hatinya juga dicerdaskan. Mulut, telinga, hati, kaki tangan harus cerdas. Maka kita berusaha menjadi manusia sempurna, sesempurnanya,” terang Rektor Prof Nasih.

Prof Nasih pun berpesan kepada peserta PMM bahwa di kampus, zero tolerans untuk rokok, narkoba, praktik bulying, kekerasan seksual, radikalisme dan ekstrimisme. Dia mewanti-wanti jika ada pelanggaran terhadap zero tolerans, begitu ketahuan maka NIM-nya dicatat untuk menjatuhi sanksi. “Apakah dilanjut ataukah dikeluarkan,” tegas Prof Nasih.

Demikian juga seorang mahasiswa haruslah memiliki budi pekerti rendah hati. Prof Nasih memberi wejangan.  Bahwa mahasiswa haruslah memegang prinsip kejujuran. Kemudian humble. Care saling tolong menolong dan selalu rendah hati. “Ini kunci sukses bagi kita semua. Karena rendah hati itu orang yang selalu belajar,” pungkasnya. (Ra/Bagus, foto: Bagus)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed