Geliat Airlangga berupaya keras menurunkan penyakit Tuberkulosis (TB) di Indonesia. Salah satunya yakni melaksanaan skrinning TB pada anak secara berkala. Ini disampaikan Program Focal Point Geliat Airlangga Prof Nyoman Anita Damayanti saat menyosialisasikan sekaligus memantau pelaksanan skrinning TB anak, pada Senin (16/10) di Posyandu Kecamatan Pabean Cantian, Surabaya. Kala itu sosialisasi dan skrinning juga dihadiri Dinas Kesehatan Surabaya, Camat Pabean Cantian, Kader Surabaya Hebat, Satgas TB serta beberapa pengajar Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
Prof Nyoman Anita menuturkan, kegiatan ini merupakan kerjasama Universitas Airlangga (Unair) dengan UNICEF sejak tahun 2015. Namun untuk di Kecamatan Pabean Cantian baru berlangsung tahun 2022. Sebelumnya di beberapa kecamatan fokusnya yakni penurunan kematian ibu dan bayi. “Nah, di Pabean Cantian ini fokus eliminasi TB,” ungkapnya diwawancarai majalahnurani.com.
Soal keterlibatan UTM, Prof Nyoman Anita mengakui bahwa di Unair ada pengabdian masyarakat internasional. Salah satu anggotanya yakni UTM. “Jadi UTM bersama kita melihat langsung aktifitas kita di lapangan dalam menurunkan TB,” sambungnya.
Menurutnya pencegahan TB di Indonesia ini tanggung jawab bersama. Sehingga harapan meraih bonus demografi tahun 2030 bisa terwujud. Selain itu, mahasiswa juga tak hanya belajar saja, tapi juga bisa melihat kebutuhan masyarakat terkait kesehatan. Indonesia, terang Prof Nyoman, berada di posisi kedua dunia dengan TB terbanyak. Diakui bahwa TB mudah menular. Apalagi dengan kondisi rumah tidak terbuka, tanpa jendela, tidak terkena matahari. “Jadi bakteri tuberkulosis ini mudah menular. Ini penyebabnya,” ungkapnya.
Perlu diketahui bahwa TB bisa dihilangkan. Penderita TB juga sangat bisa disembuhkan. “Namun harus minum obat rutin. Kalau tidak rutin, nanti kebal yang akhirnya tidak bisa sembuh,” urai Prof Nyoman. Di tempat yang sama, Prof Rosli, Timbalan Naib Canselor UTM, mengaku terharu serta bangga bisa langsung melihat kegiatan tim Geliat menangani TB. “Ini sesuatu yang baik. Menyentuh perasaan saya. Terharu melihat usaha Unair dan masayarakat itu sendiri untuk membantu anak-anak generasi kita,” ucapnya.
Menurut Prof Rosli, alasan itulah yang membuatnya bersama tim UTM ingin datang langsung bersama Unair dalam menangani kesehatan masyarakat. Prof Rosli juga tak menampik jika UTM belajar banyak dari Unair untuk urusan kemasyarakatan, pendidikan dan teknologi. “Kami datang ke Indonesia bukan kami mau mengajak, tapi kami yang belajar ke orang Indonesia,” puji Prof Rosli. (Ra/Bagus, foto: Bagus)