Seiring bertambahnya usia, wanita rentan mengalami gangguan penurunan panggul. Gangguan tersebut menyebabkan Inkontinensia Urin (IU), Prolaps Organ Panggul (POP) dan Overactive Bladder atau terlalu aktifnya aktivitas kandung kemih.
Prof Dr Eighty Mardiyan Kurniawati dr Sp OG Subsp Urogin-RE mengaku, permasalahan kesehatan uroginekologi kurang mendapat perhatian karena adanya anggapan bahwa permasalahan uroginekologi jarang mengancam jiwa manusia. Namun, ditelaah kembali permasalahan uroginekologi menyebabkan kualitas hidup yang buruk bagi wanita.
“Angka kasus wanita dengan prolaps organ panggul dan memiliki gejala inkontinensia urin rentan mengalami penurunan pada kualitas hidup,” ungkap Prof Eighty yang juga Guru Besar (Gubes) Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, diwawancarai Rabu (26/10) di Kantor Manajemen Kampus MERR-C UNAIR.

Adanya kasus inilah yang mendorong Prof Eighty menjadi sosok wanita pertama yang mendalami bidang uroginekologi rekonstruksi. “Saya terdorong untuk memberikan solusi alternatif kepada wanita di Indonesia untuk mengatasi permasalahan kesehatan uroginekologi. Harapannya, wanita di Indonesia memiliki angka harapan hidup dan kualitas hidup yang baik di usia senja,” papar Prof Eighty.
Prof Eighty mencetuskan inovasi terapi regeneratif dengan memanfaatkan membran amnion. Menurutnya, terapi regeneratif menjadi salah satu langkah alternatif dan efektif untuk mengatasi permasalahan uroginekologi. Pemanfaatan membran memiliki kebermanfaatan dalam terapi regeneratif baik dari sisi ketersediaan, biaya yang relatif terjangkau dan kesederhanaan isolasi.
Nantinya, membran amnion akan kombinasi dengan material lainnya untuk menciptakan tiga kelompok. Yakni, komposit berbasis amnion, amnion membrane extract (AME) dan hidrogel berbasis membran amnion. Gubes FK UNAIR itu menjelaskan pemanfaatan membran amnion juga berfungsi untuk bahan pendukung pada kasus cacat vagina pada wanita seusai eksisi parsial erosi mesh. Dengan membran amnion, berhasil mengobati cacat pada dinding vagina dengan minim komplikasi yang serius.
Tak hanya itu, membran amnion juga dimanfaatkan untuk pembuatan liang vagina pada ruang vesikorektal serta penggunaan pada vaginal mold. Dengan ini, membran amnion menghasilkan anatomi dan fungsional yang memuaskan dengan morbiditas perioperatif yang rendah. “Tentu, saat ini sudah saatnya untuk memberikan perhatian yang khusus pada permasalahan uroginekologi di Indonesia dengan memanfaatkan membran amnion,” tegasnya. (Ra/Bagus, foto: Bagus)