Iran mulai mengirim lagi jemaah umrahnya yang akan diterbangkan ke Tanah Suci. Setelah 9 tahun absen, rombongan jemaah perdana tersebut akan diberangkatkan pada 19 Desember 2023.
“Setelah koordinasi hal-hal penting dengan pejabat haji Arab Saudi, penandatanganan memorandum, dan kontrak yang relevan, rombongan pertama jemaah umrah akan dikirim ke Arab Saudi pada 19 Desember,” kata Kepala Organisasi Haji dan Ziarah Iran Seyyed Abbas Hosseini yang dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, Rabu (13/12/2023).
Ditambahkannya, rombongan jemaah pertama dari Iran tersebut berjumlah 550 orang. Rencananya para jemaah akan menunaikan ibadah umrah di Tanah Suci selama 10 hari dengan rincian, 5 hari berada di Madinah dan 5 hari sisanya di Makkah.
Lebih lanjut, Hosseini menambahkan hasil kesepakatan bersama dengan otoritas Arab Saudi. Ia mengatakan sebanyak 70.000 warga Iran yang akan mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada penyelenggaraan tahun depan.
Dillansir kantor berita Iran yang berafiliasi dengan negara, ILNA, Iran dan Arab Saudi bahkan sudah membuka kembali jadwal penerbangan langsung di antara keduanya, Kota Teheran dan Riyadh, termasuk kota-kota lainnya.
“Kelompok kerja sama bilateral akan memulai perundingan akhir minggu depan untuk membuka penerbangan nonhaji antara kedua negara,” kata Wakil Menteri Jalan dan Pembangunan Perkotaan Iran Mohammad Mohammadibakhsh, dikutip Reuters.
Mohammadibakhsh mengatakan dibukanya kembali penerbangan langsung antara kedua negara tersebut juga akan membuka kembali jalur perjalanan umrah yang bisa ditunaikan sepanjang tahun maupun perjalanan lainnya di luar ibadah.
Diberitakan sebelumnya, Iran dan Arab Saudi sudah memulihkan hubungan diplomatik keduanya berdasarkan kesepakatan yang dimediasi China pada Maret 2023 lalu. Kesepakatan tersebut menjadi angin segar setelah ketegangan selama bertahun-tahun yang mengancam keamanan seluruh kawasan hingga memicu konflik di Irak, Suriah, dan Yaman.
Iran yang didominasi Syiah dan monarki Sunni di Teluk Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik pada 2016 setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama muslim Syiah dan serbuan kedutaan Riyadh di Teheran. Hal itu semakin diperparah dengan dugaan dua remaja Iran yang mengalami pelecehan seksual oleh pejabat Arab Saudi di bandara pada tahun sebelumnya.
Tidak ada penerbangan langsung reguler antara keduanya selama bertahun-tahun. Selama itu pula, hanya sesekali penerbangan langsung lepas landas dari Iran yang membawa jemaah haji ke Tanah Suci.
Pada 2016, Presiden Iran saat itu, Hassan Rouhani bahkan sempat melarang rakyatnya untuk melakukan ibadah umrah. Larangan ziarah ke tempat suci umat Islam tersebut dianggap dapat memukul mundur perekonomian Arab Saudi.ym