Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur (BKKBN Jatim) mengakui bahwa penanggulangan stunting sangat penting melibatkan unsur agama. Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati berupaya menekan angka stunting di Jatim. Salah satunya yakni menggandeng peran ulama.
“Saya kira penting menggandeng ulama untuk sosialisasi stunting,” ungkapnya diwawancarai majalahnurani.com belum lama ini.
Dijelaskan, BKKBN Jatim sudah bekerjasama dengan para ulama untuk menyosialisasikan program mencegah stunting hingga ke pondok pesantren. Khususnya menyasar ke santriwati.
“Sosialisasi ini penting agar para santriwati bisa memahami, menyiapkan perencanaan untuk kehidupan keluarga mereka,” urainya.
Lebih detil Maria Ernawati menguraikan, untuk angka tinggi stunting di Jatim ada di Jember, Bondowoso dan Situbondo. Kalau yang terendah di Kota Surabaya hanya satu digit, yaitu 4,8 persen.
“Kita doakan ada penurunan. Kalau melihat upaya-upaya pemerintah daerah yang luar biasa. Kemudian upaya dari perguruan tinggi termasuk wartawan. Ini saya optimis ada penurunan,” tuturnya.
Dilaporkan majalahnurani sebelumnya bahwa BKKBN Jati menargetkan penurunan stunting tahun 2024 harus 14 persen. “Ibu gubernur menargetkan stunting Jatim di bawah angka 14 persen. Sementara saat ini masih 19,2 persen” tandasnya. (Ra/Bagus, foto: Bagus)