Pemilihan umum (Pemilu) serentak pada 14 Februari 2024 hanya tinggal menghitung hari. Oleh karena itu menjelang pemilu, Rektor Unair menggelar Dialog dan Silaturahmi Ksatria Airlangga pada Senin (29/1). Kegiatan berlangsung di Aula Amerta Gedung Manajemen Kampus MERR-C. Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak ikut mengundang para caleg alumni UNAIR yang tergabung dalam Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA UNAIR).
Dalam hal ini, Prof Nasih mengungkapkan rasa bangganya terhadap para caleg alumni UNAIR. “Kami ingin caleg alumni UNAIR bisa terpilih pada ajang pemilu. Para caleg ini merupakan putra putri terbaik UNAIR yang akan memberikan kontribusinya kepada negara,” katanya. Prof Nasih berharap bahwa ajang Pemilu 2024 dapat mencerminkan proses demokrasi yang baik.
Prof Nasih tak lupa menyampaikan tiga pesan penting bagi para caleg alumni UNAIR. Pertama, hindari politik uang. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu mengatakan bahwa politik uang harus segera dihentikan. “Politik uang menjadi hal yang krusial untuk dihilangkan bersama-sama. Kebanyakan politik uang merupakan investasi, tidak menutup kemungkinan pada kemudian hari akan ada money of return,” terangnya.
Kedua, jangan korupsi. Prof Nasih berpesan kepada para caleg alumni UNAIR untuk menghindari korupsi. “Kalau proses awalnya bagus rasa-rasanya menghilangkan korupsi akan menjadi mudah,” tuturnya. Tak tanggung-tanggung, Prof Nasih menegaskan bahwa para caleg alumni UNAIR yang saat menjalankan tugas melakukan korupsi, maka ijazah miliknya akan ditarik. “Kalau korupsi maka ijazahnya akan kami tarik. Jadi, jangan pernah korupsi selama bertugas,” tegasnya.
Ketiga, fokus terhadap pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Bagi Prof Nasih pengembangan SDM harus menjadi fokus prioritas utama dalam membangun sebuah negara. Impian untuk menjadikan Indonesia Emas pada 2045 menjadi hal yang mendasarinya. Tapi dalam mencapai impian ini tidak mudah, jika tidak ada kualitas SDM yang unggul. “Tidak mudah untuk mencapai Indonesia Emas pada 2045, banyak hal yang harus Indonesia capai untuk memenuhi kriteria sebagai negara maju,” papar Prof Nasih.
Salah satu program pengembangan SDM dapat terlaksana melalui bidang pendidikan, utamanya pendidikan tinggi. Prof Nasih berharap bahwa nantinya sebanyak 70 persen lulusan SLTA atau sederajat dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Angka ini menjadi indikator yang ideal untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Sementara, sektor kesehatan juga tak kalah pentingnya. Jika pendidikan dan kesehatan dapat berjalan selaras maka produktivitas masyarakat akan meningkat. “Kunci negara maju ada pada kualitas SDM, tanpa SDM yang maju dan unggul mustahil untuk mencapai itu. Mari kita ciptakan masyarakat yang sehat, terdidik, dan terlatih,” tutupnya. (Ra/Bagus)