Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur (KPw BI Jatim) Doddy Zulverdi menyatakan ekonomi Jatim Triwulan III 2023 tetap tumbuh positif meski lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
“Kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2023 tumbuh 4,86% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan II 2023 (5,25%, yoy). Inj dipengaruhi oleh perlambatan kinerja Investasi dan konsumsi Pemerintah,” ungkapnya saat gelar Bincang Bareng Media (BBM) Senin (29/1).
Dipaparkan Doddy, perlambatan kinerja ekonomi lebih tinggi tertahan oleh peningkatan kinerja Konsumsi RT dan kinerja Ekspor. Sementara inflasi bulanan gabungan kota IHK di Jawa Timur pada Desember 2023 tercatat sebesar 0,29% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,31%, mtm). “Capaian inflasi ini tercatatlebih rendah dibandingkan inflasi Jawa 0,41% (mtm) dan inflasi Nasional 0,41% (mtm),” sambungnya.
Dengan capaian inflasi bulanan tersebut, secara tahunan inflasi gabungan kota IHK di Jawa Timur tercatat sebesar 2,92% (yoy). Secara spasial, inflasi bulanan tertinggi tercatat di Kab. Sumenep (0,71%; mtm) dan terendah di Kota Kediri (0,17%; mtm). Lebih tingginya inflasi di Kab. Sumenep dibandingkan wilayah lain dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan di tengah pasokan yang terbatas, khususnya untuk komoditas aneka cabai, tomat, dan ketimun karena penurunan hasil panen dampak dari kemarau panjang pada Oktober/November, serta mulai berlangsungnya masa tanam di sejumlah sentra produksi.
Di samping itu, belanja masyarakat naik karena kenaikan pendapatan masyarakat seiring dengan tingginya harga garam dan tembakau yang menjadi komoditas unggulan Sumenep. Sementara rendahnya inflasi Kota Kediri disebabkan deflasi pada daging ayam ras, sayuran dan buah seiring berlangsungnya masa panen, sehingga pasokan melimpah.
“Tekanan inflasi Jawa Timur yang terus melandai tidak terlepas dari upaya pengendalian inflasi Jawa Timur melalui implementasi GNPIP yang masif, bersinergi dengan TPIP dan TPID,” tegasnya. (Ra/Bagus, foto: Bagus)