MUI Minta KPI Tingkatkan Kualitas Dakwah Saat Ramadhan

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH M Cholil Nafis, menekankan pentingnya peningkatan kualitas dakwah di lembaga penyiaran saat Ramadhan. Hal ini ditujukan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar memberikan konten positif saat Ramadhan.

DAKWAH DI TV

Menurutnya, dakwah di televisi berarti belajar agama lewat televisi. Dakwah itu bukan sekedar tontonan tetapi juga menjadi tuntunan.

Terkait kualitas pendakwah, Cholil menyoroti banyaknya pendakwah yang diundang televisi karena jumlah viewers atau followers yang banyak, padahal dia bukan ahli agama.

“Tolong dibedakan antara ustadz dengan motivator. Dimohon juga untuk orang yang menguraikan hadist atau dalil itu untuk orang yang berkompeten dibidangnya,” tegasnya dikonfirmasi majalahnurani.com, Sabtu (4/5/2019).

Cholil berharap, lembaga penyiaran dapat mengundang ustadz dengan kompetensi dan keilmuan yang benar agar tidak terjadi kesalahan dalam membaca ayat dan menyampaikan tafsir ayat tersebut.

“Kami berharap Dai yang akan mengisi dakwah di televisi sudah bersertifikat dari MUI. Karena Dai yang bersertifikat sudah melalui pelatihan, uji kompetensi dan profesional,” katanya.

Selain itu, kata Cholil, dakwah di media penyiaran terkadang terkendala durasi atau waktu. Sering terjadi pada saat penyampaian sebuah masalah dan belum selesai penjelasannya dari pendakwah, tiba tiba acara tersebut sudah terputus.

“Hal ini kadang menyebabkan kegaduhan dalam masyarakat,” tegasnya.

UNSUR EDUKASI

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyatakan pihaknya sudah mengingatkan seluruh lembaga penyiaran untuk menghormati umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan tidak menyiarkan konten yang dapat mengganggu kekhusyuan ibadah tersebut.

KPI juga meminta semua acara bertemakan Ramadhan lebih mengedepankan unsur edukasi ketimbang canda berlebihan.

Komisioner bidang Isi Siaran KPI Pusat, Nuning Rodiyah, mengaku

saat Ramadhan  konten bernafaskan suasana bulan suci akan dikemas dalam beberapa program acara seperti news, kuliner, realty show, variety show dan lainnya.

Peningkatan kreatifitas kemasan program, kata dia, jangan sekedar  memanfaatkan suasana dengan menamai program dengan tempelan ramadhan, sedangkan isi acaranya tak mencerminkan nafas bulan suci.

“Peningkatan jumlah program acara bertajuk ramadhan dan religi berdasarkan pengalaman 2018 juga diikuti dengan meningkatnya jumlah penonton sebesar 26 persen dan ini harus diantisipasi lembaga penyiaran dengan kehati-hatian dalam menyajikan setiap program acaranya terutama acara bertemakan Ramadhan dengan tetap mengikuti aturan penyiaran yakni P3 dan SPS KPI,” urainya.

Kehatian-hati dalam produksi program siaran meliputi penyampaian materi tentang keagamaan di program acara seperti sinetron, reality show, talkshow dan lainnya. Nuning mencatat, salah satu program yang akan jadi perhatian khusus pengawasan adalah acara hiburan.

“Kami berharap program ini lebih memperhatikan kekhusyuan bulan ramadhan karena pada tahun 2016 terdapat program acara Battle Dance yang menampilkan peserta pria dan wanita badannya berhimpitan saat melakukan tarian,” sambungnya.

Sorotan tentang kurangnya proposionalitas konten dakwah dengan hiburan dalam program siaran Ramadhan menurut Nuning mesti disikapi dengan sejumlah upaya salah satunya penambahan unsur edukasi tentang keagamaan.

NUANSA RAMADHAN

Dia membenarkan masih banyak program hiburan yang judul programnya ditempeli kata-kata Ramadhan, namun kontennya sepanjang program hanya berisi hiburan saja tanpa mengedepankan unsur yang bernuansa ramadhn.

Untuk itu KPI menghimbau lembaga penyiaran agar dalam program acara tersebut ada segmen yang menyampaikan materi ramadhan dan mengedepankan prinsip penghormatan pelaksanaan ibadah Ramadhan.

“KPI juga berharap Ramadhan adalah momentum peningkatan kualitas program siaran, dan kualitas tayangan ramadhan tahun ini dterusmeningkat dibanding sebelumnya dan juga terus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *