Pergi haji tak hanya bisa dirasakan orang mampu saja. Tapi juga bagi umat Islam secara spritual meyakini bahwa Allah akan memanggil dirinya. Sehingga dengan cara menabung akhirnya umat Islam tersebut bisa pergi haji.
Seperti halnya yang dirasakan Maryani, pemulung berusia 46 tahun ini.
Hasil menabung selama 26 tahun dari memilah bekas minuman kemasan plastik yang dikumpulkannya untuk dijual di Kampung Pulo Geulis RT 02/04, Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor, Jawa Barat, membuatnya bisa ke Tanah Suci bersama rombongan jamaah Calon Haji (JCH) Kota Bogor Kloter 88.
“Kalau ngejualnya per hari uangnya kecil, paling sehari mah cuman dapet Rp 3.000 paling gede Rp 10.000. Jadi ibu kumpulin dulu sampai satu tahun baru ibu jual,” cerita dia.
SEJAK 1993
Maryani menceritakan, dirinya mulai mengumpulkan uang untuk berangkat haji dimulai sejak tahun 1993.
Dalam setahun dia bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 1,2 juta. Satu juta ditabung dan sisanya untuk kebutuhan sehari-hari.
Tahun 2012, total tabungan yang dikumpulkannya berjumlah Rp 25 juta. Dirinya pun akhirnya meyakinan diri untuk mendaftark untuk berangkat haji.
“Waktu daftar, dibilangnya berangkat tahun 2020. Saya agak tenang karena masih ada waktu banyak untuk cari uang pelunasannya. Ternyata dipanggil lebih cepat,” ucapnya bahagia.
NILAI SPIRITUAL
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengakui bahwa
ada pelajaran yang bisa dipetik dari kisah pemulung diatas.
Menurutnya, orang bisa pergi haji itu bukan karena kemampuan fisik atau kemampuan finansial.
“Tapi ada nilai spiritual yaitu panggilan dari Allah SWT,” ucapnya kepada majalahnurani.com Ahad (14/7/2019).
Kalau sudah dipanggil Allah dengan berbagai cara, lanjut Cholil, maka bisa dengan cara menabung, bisa juga dengan cara dapat bonus. Sehingga dia bisa ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji.
” Karena memang ada nilai spiritual dipanggil Allah. Orang tersebut yakin dan dijalankan dengan tindakan menabung. Allah pun memudahkannya,” tegasnya. Bagus