Memasuki bulan Syawal atau bulan ke-10 dalam kalendar Hijriah, umat Islam disunahkan untuk menjalankan ibadah puasa Syawal selama 6 hari. Sebab puasa Syawal ini juga memiliki keutamaan.
Lantas dari pembaca majalahnurani.com ada yang bertanya soal puasa Syawal, utamanya cara menjalankan lebih dulu mana mengganti utang puasa Ramadhan ataukah puasa Syawal?
Ketua MUI Bidang Dakwa, KH Cholil Nafis menjelaskan, meski aturannya sama puasa Ramadhan dan Syawal, tidak boleh makan dan minum semenjak terbit hingga tergelincirnya matahari, namun puasa ini tidak bersifat wajib layaknya puasa Ramadhan.
PUASA SYAWAL DULU
Meski hukumnya makruh, namun seseorang bisa melakukan puasa Syawal terlebih dahulu, baru menyelesaikan utang puasa yang lainnya.
“Puasa Syawal (dulu), (utang) puasa Ramadhan-nya nanti mau dibayar di bulan-bulan berikutnya boleh. Mau puasa qadha/ganti juga boleh nanti setelah qadha baru kita puasa yang Syawal selama masih bulan Syawal,” kata Cholil diwawancarai.
“Tapi tidak bisa digabungkan antara (niat) puasa Syawal sunah dengan mengganti,” lanjutnya.
Kemudian, soal hari pelaksanaannya Cholil menyebut puasa Syawal sudah bisa dimulai sejak 2 Syawal atau hari-hari setelahnya, yang jelas tidak pada 1 Syawal.
“Iya bisa dimulai tanggal 2, kalau Lebaran belum bisa, karena kita haram berpuasa di hari Lebaran,” jawabnya.
TRADISI WAKTUNYA BERTURUT TURUT
Terkait pelaksanaan puasa Syawal, apakah harus berturut-turut atau tidak, Cholil menjelaskan semua itu bisa dilakukan, tergantung preferensi dan kemampuan atau kondisi masing-masing.
“Puasa Syawal itu tidak harus berturut-turut, tapi kita punya tradisi (berpuasa Syawal) di tanggal 2-7 (Syawal) ya, sehingga di hari yang ke-8 kita menyebutnya dengan Lebaran ketupat,” ungkap dia. Bagus