Rumah Anak Prestasi (RAP) menjadi pelopor pemenuhan hak anak, di Kota Surabaya. Melalui RAP, anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), memiliki ruang untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensinya. Bahkan, hasil karya anak-anak tersebut, telah diminati oleh pasar.
Seperti Qurota Ayun (13) dan Aqsa (18), perwakilan RAP Surabaya. Mereka menampilkan karya busana, hasil kerajinan batik kepada perwakilan United Nation Childern’s (UNICEF), dalam Diskusi Anak dan Remaja ‘Pekerja Abad 21 dan Pemenuhan Hak Anak’, di Gedung Teknik Informatika ITS, Kamis, (1/8).
Kepala UPTD Kampung Anak Negeri, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Eva Rachmawati mengatakan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendirikan RAP, sebagai salah satu contoh, pemenuhan hak anak di Kota Pahlawan.
“Memberikan edukasi, wawasan, pelatihan, maupun informasi, sehingga anak-anak disabilitas di Surabaya semakin produktif dan memunculkan prestasi, yang membanggakan,” katanya.
Eva menjelaskan, hasil karya dari anak-anak disabilitas, di RAP tidak hanya batik, tetapi juga ada hasil kerajinan lainnya, seperti lukisan, sablon, dan jahitan. “Banyak sekali produk yang dihasilkan, salah satu karya, yang kita bawa hari ini, adalah batik lukis dan abstrak. Kita juga pasarkan produk mereka secara online,” jelasnya.
Saat ini, RAP Kota Surabaya berada di empat lokasi. Di antaranya, RAP Nginden Semolo, RAP Sono Indah, RAP Kedung Cowek, dan RAP Dukuh Menanggal. Masing-masing RAP, kini menampung 200 anak disabilitas.
“RAP yang didirikan oleh Wali Kota Eri Cahyadi, untuk mengembangkan bakat minat menjadi suatu prestasi. Di dalamnya ada instruktur, yang akan membantu mendampingi dan mengajari anak-anak. Contoh berapa lamanya pembuatan suatu karya batik, tergantung motif dan berapa banyaknya warna,” jelasnya.
Selain menempuh pendidikan formal, Eva melanjutkan, bahwa mereka juga mengikuti kegiatan pelatihan di ada RAP Surabaya. Tidak hanya itu, RAP juga memiliki fasilitas, berupa layanan kesehatan dan medis, layanan konseling, hingga layanan pembelajaran, yang bisa dimanfaatkan masyarakat Kota Surabaya, secara gratis.
“Anak-anak disabilitas bisa memanfaatkan, semua layanan itu dengan gratis. Contoh anak-anak melakukan kegiatan membatik dengan senang, selain menghasilkan produk, mereka juga bisa berinteraksi dengan teman-temannya,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa Arie Rukmantara menyampaikan, anak-anak di Provinsi Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya, telah menunjukkan inovasinya untuk masa depan.
“Anak-anak disabilitas pun berkarya, dan karyanya juga diminati oleh para pengusaha. Bahkan, para pengusaha bilang kalau ada event, suplay nya bisa dari produk anak-anak disabilitas,” kata Arie Rukmantara.
Melihat inovasi yang ditawarkan, oleh anak-anak disabilitas Kota Surabaya, Arie Rukmantara menilai, bahwa Pemkot Surabaya memiliki cara strategis, dalam pemenuhan hak anak, yakni community parenting. Apabila orang tua memiliki kesulitan, baik disabilitas, atau keterbatasan, pemkot dapat membantu.
“Orang tua dan pemerintah saling bertanggung jawab. Bahkan, sebagian (pemkot) mengambil alih peran orang tua, seperti memberikan kursus dan pelatihan gratis, semuanya serba gratis, dan semua disalurkan untuk dikaryakan,” ujar dia.
Di samping itu, Arie Rukmantara juga mengapresiasi Forum Anak Surabaya (FAS) Kota Surabaya, yang ikut menyuarakan berbagai hal. “Suara anak Indonesia yang disampaikan FAS, itu juga inovasi. Contoh mereka ingin adanya, regulasi pemblokiran situs porno bagi anak, lalu larangan merokok dan judi online bagi anak-anak,” pungkasnya. (yunus)