World Tobacco Asia (WTA) bersamaan dengan World
Vape Show (WVS) yang merupakan pameran industri
tembakau internasional bakal digelar di Indonesia.
Tepatnya di Surabaya pada 9-10 Oktober mendatang bertempat di Grand City Convex Convention Hall Surabaya. Pemeran ini mendapat penolakan terus menerus.
Pameran tembakau ini bertentangan dengan PP yang baru saja disahkan dan juga regulasi yang telah ada di Kota Surabaya terkait Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok, di mana tidak
diperbolehkannya promosi rokok maupun merokok di sarana tempat umum yang menjadi lokasi diadakannya kegiatan.
Ketua RGTC FKM Unair sekaligus Dekan FKM Unair Prof Santi Martini menolak tegas pameran tembakau ini.
Nenurutnya, pameran industri tembakau, kemudian pameran alat-alat produksi tembakau, mendorong peningkatan konsumsi rokok di Indonesia.
“Saya sedih sebagai warga Surabaya. Kita sedih sebagai institusi yang memberikan wawasan kesehatan ke masyarakat. Ini menciderai kita. Ini mencoreng Kota Surabaya. Upaya yang sudah dilakukan Surabaya hampir 30 tahun soal kesehatan bahaya rokok akan sia sia,” ungkapnya saat menggelar konferensi pers, Kamis (8/8).
Untuk itu pihaknya mendorong agar pameran itu tidak diselenggaran di Surabaya bahkan di Indonesia. “Indonesia berjuang mewujudkan generasi emas bonus demografi tahun 2045. Dan tahun 2020, ada 75 persen kabupaten kota sudah punya perda kawasan tanpa rokok,” tegasnya.
Thoriq Haidar Al Roychan Ghozali anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur menyatakan menolak pameran tembakau di Surabaya. Menurutnya ini akan menjadikan Generasi Cemas 2045, bukan Generasi Emas 2045.
Dia juga memaparkan riset IPM Jatim bahwa tahun 2020, ada 27,6 persen pelajar Muhammadiyah di Indonesia.
“Indonesia sedang darurat anak merokok. Kami mempertanyakan komitmen Pemkot Surabaya,” ungkapnya.
Suara penolakan juga dari Komunitas Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) Jawa Timur, Dra Arie Soeripan. Pihaknya tegas menolaknya.
“Kami menuntut pemerintah untuk membatalkan. Menuntut pemerintah tidak mengeluarkan izin,” ujarnya.
Menurut Arie pameran ini dampaknya sangat negatif. Padahal, katanya, pemerintah gencar menyosialisasikan bahaya rokok. “Ini kan mendorong konsumsi rokok meningkat. Pameran ini juga menjual mesin mesin produksi rokok yang nantinya untuk konsumen. Tentu ini sangat berbahaya bagi generasi bangsa,” sambungnya.
“Kemudian pameran ini menciptakan citra negatif Indonesia. Karena mendukung rokok. Padahal di Jakarta, Denpasar juga sudah menolak pameran serupa,” ungkapnya lagi.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Jawa Timur, Dr Sri Widati meminta Pemerintah agar tegas membatalkan pameran ini. Menurutnya ini melanggar perda KTR. “Kita menolak WTA dan WVS,” pungkasnya. (Bagus)