Banyaknya lahan tanah yang sudah jatuh ke tangan investor asing cukup meresahkan warga kabupaten Sumenep. Sebab penguasaan tanah tersebut akan berdampak pada hilangnya kedaulatan tanah yang seharusnya dijaga dan dipelihara dengab baik.
Akibatnya, sebagai bentuk penolakan dari upaya penguasaan tanah itu, Gabungan (Majelis Wakil Cabang) MWC NU 4 Kecamatan di Sumenep (MWC.NU Batang Batang, Dungkek, Batu Putih dan Gapura) menggelar aksi dengan Istighasah Kubro, Jumat (11/5).
TEMPAT WISATA
Acara Istighasah Kubro ini ditempatkan di Desa Batang Batang Laok, tepatnya di depan Lokasi yang direncanakan akan dibangun tempat wisata Tektona 2.
Hadir dalam acara tersebut ribuan warga dan juga para kiai dan aktifis pemuda dengan tujuan yang sama, istighasah dalam dalam rangka mendoakan keselamatan tanah warisan leluhur dari pengelolaan yang tidak benar, seperti tindakan-tindakan yang dapat merusak lingkungan dan mengandung kemaksiatan.
“Itu yang harus kita antisipasi bersama, sehingga kita perlu mendorong masyarakat agar tidak mudah melepaskan tanahnya apalagi terhadap para investor asing,” terang Norman, ketua Panitia Istighasah Kubro Gabungan MWC NU Timur Daya.
Sebelunya, penjualan tanah kepada investor asing mendapat penolakan dari warga.
Pembangunan tempat wisata tersebut mendapat penolakan dari warga karena dikhawatirkan dapat merusak tatanan nilai-nilai keislaman di masyarakat. Termasuk juga rencana pembangunan tempat wisata multifungsi yang disinyalir dapat berdampak negatif terhadap kultur masyarakat Sumenep dan Madura pada umumnya yang dikenal relegius.
“Jadi, sebenarnya di Sumenep ini dan Madura secara umum, pembangunan tempat wisata lebih cocok pada wisata religi,” imbuhnya.
PETISI BERSAMA
Selain Istighasah Kubro, dalam kesempatan tersebut juga disampaikan Petisi bersama atas kesepakatan warga yang tergabung di MWC.NU 4 Kecamatan, sebagai bentuk pernyataan sikap.
Diantaranya adalah bahwa alih fungsi lahan oleh Investor asing dapat menghambat akses masyarakat yang tidak nyaman. Penguasaan tanah secara besar-besaran oleh investor asing pada akhirnya membuat masyarakat akan menjadi penonton di daerah kelahirannya sendiri sementara orang asing akan terus berkuasa. Sejarah sudah menunjukkan bahwa penguasaan terhadap kekayaan alam menyebabkan lahirnya penjajahan. Mereka datang ke Indonesia bukan semata-mata untuk berdagang melainkan untu menguasai kekayaan yang ada di dalamnya penuh tipu daya dan dilakukannya dengan berbagai cara.
“Kalau kita lalai dalam pelepasan tanah ini, maka kita bisa menjadi orang yang terasing di daerah kelahirannya sendiri,” imbuh Norman. 01/KUR