Selain menyebarkan dai, rakernas Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyosialisasikan pariwisata berbasis keagamaan.
KESULTANAN TIDORE
Sekertaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam mengatakan bahwa itu sesuai dengan semangat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI IV yang berlangsung di Raja Ampat, Papua Barat hingga Sabtu (24/11/2018).
Menurut dia MUI ingin menunjukkan bahwa Raja Ampat memberi sejarah Islam yang cukup panjang.
“Sejak tahun 1500-an bagaimana wilayah ini menjadi bagian Kesultanan Tidore,” ungkap mantan Ketua KPAI ini.
Seperti diketahui, Rakernas tahun ini mengambil tema ‘Memperteguh Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathaniyah untuk Kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia’.
Dijelaskan Asrorun, pemilihan Raja Ampat sebagai lokasi Rakernas, karena MUI ingin menunjukkan bahwa wilayah Indonesia sangat luas, terbentang dari Sabang hingga Merauke.
“Islam pun memberi perhatian yang serius terhadap isu ekologi dan pemeliharaan lingkungan hidup. Dengan Rakernas ini diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan baik dalam atau luar negeri,” terangnya.
BERBASIS EKOLOGI
MUI, kata dia, ingin mempromosikan wisata berbasis ekologi dan religi, pertautan dengan masalah keagamaan.
Asrorun mengamati, seringkali orang menyederhanakan pariwisata tidak berhubungan dengan masalah agama. Seolah-olah, pariwisata boleh menabrak aturan-aturan agama, atau setidaknya pariwisata tidak memiliki keterkaitan dengan masalah agama.
“Tentu cara pandang demikian tidak benar. Agama memiliki etos untuk mendorong pariwisata dan tadabburalam tentu dengan perspektif keagamaan dengan satu ayat kauniyah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” tandas dia. 01/Bagus