Saran Dahlan Iskan Tentang Cara Ramaikan Masjid saat Pandemi

Dahlan Iskan menyampaikan pandangannya tentang bagaimana menyejahterakan masjid di tengah pandemi Virus Corona (Covid-19).

Hal itu disampaikan Mantan Menteri BUMN itu saat mengikuti pertemuan virtual dengan Calon Wali kota Surabaya Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin berserta tim pemenangannya serta para tokoh agama, budayawan hingga mantan Wakil Wali Kota Surabaya Arif Afandi pada Rabu (20/5).

“Sebetulnya kita kan sudah mulai familiar dengan Covid-19. Ketakutan kita sudah turun dibandingkan dulu. Kalau waktu ada korban pertama yang ibu-ibu di Jakarta itu ketakutan kita luar biasa,” ujar Dahlan Iskan.

“Sekarang sudah tahu te teannya (sudah tahu cara mengatasinya). Sudah tahu kira-kira kita harus bagaimana,” tambahnya.

Dahlan menceritakan, pada Minggu lalu dirinya diminta bicara di kalangan salah satu aliran tarekat. Katanya, biasanya masjid tarekat tersebut 24 jam ramai orang berdzikir. Karena adanya Pandemi Covid-19, masjid dikosongi. Kiai aliran tarekat itu pun meminta saran kepada Dahlan apa yang harus dilakukan agar kegiatan ibadah tetap berjalan.

“Saya bilang begini, kita kan sudah mulai tahu te teannya virus Covid-19. Ini kan virusnya tidak berteberan di udaranya, virusnya hanya lewat dorplet,” ujar Dahlan.

Baca juga  17 Agustus Mendatang Paspor RI Ganti Desain

Dia mencontohkan, orang yang akan beribadah di masjid terlebih dahulu di rapid test. Jika hasilnya negatif, maka diperbolehkan mengikuti kegiatan di dalam masjid.

“Katakanlah ada 150 orang dites negatif, menurut saya tidak apa-apa karena dalam satu komunitas asal semuanya negatif. Kemudian ditutup lagi.

Orang luar mau masuk dites dulu. Sebelum hasilnya keluar, nggak boleh kemana-mana harus di suatu tempat. Begitu negatif boleh masuk,” paparnya.

“Dengan demikian dzikir bisa terus berlangsung, ibadah-ibadah boleh terus berlangsung. Karena masjid ini pada umumnya di kampung-kampung, maka sebetulnya bisa di klaster seperti itu. Menurut saya langkah seperti itu sangat bagus,” sambung Dahlan.

Dahlan menilai, jemaah masjid adalah warga yang tinggal di sekitar masjid tersebut. Katakanlah ada 100 rumah, warga penghuni rumah tersebut diajak bermusyawarah.

“Supaya masjid ini tetap ramai, warga di 100 rumah itu dites semua. Kemudian displin ikut protokol kesehatan Covid-19 semua. Menurut saya tidak apa-apa,” ungkapnya.

Bagi warga yang ingin keluar dari kampung tersebut, juga harus melaporkan ke pengurus masjid.
“Pak saya mau ke mal, mau jalan-jalan. Itu nggak boleh. Tapi kalau pak saya mau ke orangtua mau ngasih uang. Orangtua alamatnya di mana. Ngapain di sana saja, begini-begini. Ya ingat nggak boleh bersentuhan dengan siapa pun. Nggak boleh memegang apa pun, harus pakai masker,” katanya.
“Nanti begitu pulang, harus cuci tangan sebelum masuk komplek perumahan di masjid itu. Menurut saya masjid tetap ramai nggak apa-apa. Tetapi memang ada penyesuaian, ada pengendalian di masjid itu. Orang lewat mungkin disediakan tempat khusus bagi orang yang lewat-lewat begitu. Menurut saya nggak apa-apa,” terang Dahlan.
Dahlan menambahkan, masyarakat sudah tahu apa yang dilakukan. Masjidnya sering-sering disemprot. Kemudian sabun untuk cuci tangan yang di luar juga tersedia dengan baik.
“Sabunnya jangan di tempat wudhu tapi di luar masjid. Sabunnya juga dikontrol jangan sampai habis,” pintanya.
Dahlan pun berharap agar Dewan Masjid Indonesia (DMI) membuat pilot project masjid seperti itu. Hal itu disampaikan kepada Ketua DMI Kota Surabaya Arif Afandi yang ikut dalam diskusi tersebut.
“Saya pingin Pak Arif kalau bisa ditawarkan untuk menjadi masjid percontohan. Kalau menjadi model percontohan itu sangat bagus dan masyarakat harus kompak. Diadministrasi dengan baik, ada penjaganya dan semua yang keluar masuk harus lapor ke penjaganya,” harapnya.
Jika ada orang luar yang ingin masuk, bisa disediakan tempat khusus untuk salat.
“Sebetulnya kita harus pintar-pintar bernegoisasi dengan keadaan ini,” jelasnya.
Sementara itu, Arif Afandi menjawab harapan yang disampaikan Dahlan Iskan untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di masjid.
“Ya terpikir juga seperti itu. Selama ini DMI menggerakkan bagaimana mensosialisasikan kepada takmir masjid untuk mengikuti protokol pencegahan Covid-19,” ungkapnya.
“Tapi apa yang kita lakukan itu, ada takmir yang nurut dan ada takmir yang tidak nurut. Nurut dari awal seperti melipat karpetnya, melakukan penyemprotan, bahkan ada yang tanya saya apakah ada disinfektan untuk digunakan penyemprotan,” tandas Arif. ym

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed