Gerhana Matahari: Bagi Kaum Ulul Albab

Oleh:
Dr. Amirsyah Tambunan
Wakil sekjen MUI Pusat & Sekjen ADI Pusat

Menghadapi Pandemi dan dampak Covid-19, maka Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan
Pusat Muhammadiyah menyampaikan imbauan sebagai berikut:

  1. Salat gerhana dilaksanakan secara berjamaah di rumah masing-masing
  2. Salat dan khutbah dikerjakan sebatas kemampuan
  3. Informasi daerah/kota yang terlintasi gerhana dan dapat mengadakan salat baik sendiri mapun berjamaah.
  4. Pengamatan gerhana dilaksanakan secara terbatas, tidak mengumpulkan massa
    dalam jumlah banyak dan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang telah
    ditetapkan oleh Pemerintah maupun Muhammadiyah Covid-19 Command
    Center (MCCC).

Ada beberapa hikmah di balik fenomena alam gerhana matahari atau bulan.

Pertama, bagi kaum Ulul Albab mampu menangkap bukti kekuasaan Allah. Mengutip buku Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah SAW dalam satu riwayat Aisyah, bahwa pada masa Rasulullah SAW pernah pula terjadi gerhana matahari. Kemudian, dia mengerjakan shalat sunat bersama orang-orang. Beliau shalat sambil berdiri dan memanjangkan waktu berdirinya, lalu beliau rukuk dan memanjangkan pula rukuknya.

Kemudian, beliau SAW berdiri kembali (bangkit dari rukuknya) dan memanjangkan berdirinya. Hanya saja, pada rukuk selanjutnya tidak terlalu panjang seperti ruku’ pertama.

Kemudian, beliau bersujud dan memanjang sujudnya dan melakukannya hingga dua rakaat.

Setelah itu, Nabi menyaksikan matahari yang telah muncul kembali. Sesudah itu, beliau memberikan khutbah di depan orang banyak dan memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah.

Baca juga  Indonesia Darurat Judi Online, Tahun 2023 Perputaran Uang Rp 327 Triliun

Diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim, bahwasannya saat itu Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, jika kalian melihat hal tersebut, hendaklah kalian berdoa kepada Allah, bertakbir, shalat, dan bersedia.

Kedua, bahwa terjadinya gerhana seharusnya mampu menambah keimanan kita dengan melakukan banyak kebaikan seperti berdoa, shalat, dan bersedekah. Di samping itu, di antara hikmah dari shalat gerhana adalah sebagai berikut:

Pertama, Zikir kepada Allah (mengingat kebesaran Allah) kapan saja dan di mana saja. Saat
melihat gerhana matahari dan bulan secara langsung merupakan momentum untuk zikir kepada Alah. Artinya kita melihat kebesaran Allah atas peristiwa semesta alam. Dengan begitu, seharusnya seorang muslim semakin percaya atas kuasa-Nya yang begitu besar sehingga bisa menciptakan gerhana matahari sedemikian hebat.

Tak hanya itu, Allah juga memberikan gambaran gerhana pada surah al Qiyamah (75) : 7-12.
“Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan bulan pun telah hilang cahayanya, lalu matahari dan bulan dikumpulkan (terjadilah gerhana), pada hari itu manusia berkata, “Kemana tempat lari?” Tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu.”

Baca juga  PBNU: Serangan Iran ke Israel Bentuk Kemarahan Dunia

Dengan begitu, seharusnya kita bisa menjadikan fenomena gerhana matahari ini sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan menyadari betapa kecilnya seorang manusia karena hanya kepada-Nya kita bisa berlindung.

Ketiga, dimensi sosial dan berdoa bersama
pada peristiwa gerhana matahari terjadi, dianjurkan oleh Nabi SAW untuk melakukan banyak kebaikan, salah satunya dengan shalat sunah berjamaah.

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bi ‘Amr, dia berkata: “Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, diserukan ‘Innasshalaati Jaami’atun’(shalat ini dikerjakan dengan berjamaah)”

Keempat, tanda hari kiamat, merupakan salah satu tanda datangnya kiamat kelak. Abu Musa al-Asy’ari RA menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat.” (HR Muslim)

Kelima, bagi kaum Ulul AlBab mampu menangkap fenena gerhana matahari dan bulan.

Pertanyaanya adalah siapa itu Ulul Albab, apa ciri-
cirinya dan bagaimana penerapan ciri ulul albab di
era sekarang ini ?

Ulul Albab merupakan sekelompok
manusia yang diciptakan Allah SWT dengan segala
kelebihannya. Mereka adalah sekelompok manusia
pilihan yang mempunyai kekuatan spiritual,
intelektual dan sosial yang tinggi. Komitmen mereka
terhadap ajaran Allah SWT yakni ajaran Islam sangat
tinggi, karena kekuatan zikir dan fikir secara seimbang. Mereka juga tidak mudah terpengaruh godaan
perkembangan zaman dan hanyut dalam rayuan hawa
nafsu yang melenakan.

Baca juga  Menag Terbitkan SE agar Penyuluh dan Penghulu Dukung 4 Program Pemerintah

Penerapan pada keunggulan Ulul Albab tidak
semata dari pandangan manusia, akan tetapi
juga harus sejalan dalam pandangan Allah SWT.

Sehingga unsur-unsur pembentukan kepribadian ulul
albâb yang tertera dalam Al-Qur’ân yaitu tafakkur,
tadabbur dan tadzakkur menjadi sebuah keniscayaan.
Istilah ulul albab 16 kali disebut dalam Al-Qur’an. Al-
Qur’an tidak menjelaskan secara rinci konsepnya
tentang ulul albab, tapi hanya menyebutkan tanda-
tandanya saja. Sehingga para mufassir kemudian
memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang
Ulul Albab.

Berulangkalinya Al-Qur’an menyebut
istilah ulul albab dengan berbagai ciri, menunjukkan
bahwa ulul albab merupakan profil dambaan
umat memberikan atas permasalahan yang dihadapi manusia.
Intinya menyadarkan manusia bahwa semua fenomena alam seperti gerhana matahari membawa manusia kepada kesadaran agar tetap di jalan yang lurus. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed