PBNU Sebut Perjuangan Muslimat Dimulai dari Pendidikan

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa perjuangan Muslimat NU dimulai dari pendidikan untuk kaum perempuan. Hadirnya Muslimat NU juga untuk membina perempuan secara baik dan layak.

“Saya sampaikan berulang kali dalam berbagai kesempatan bahwa Muslimat Nahdlatul Ulama ini lahir dengan aspirasi untuk melakukan liberasi (pembebasan) bukan liberalisasi ya. Liberasi memerdekakan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan mendapatkan fasilitas membangun kapasitasnya sendiri,” ujarnya dikutip Senin (12/5).

Menurut Gus Yahya, Muslimat NU memiliki peranannya sendiri di tengah-tengah masyarakat dan membawa dampak positif akibat usaha yang ditekuni, bukan sekadar menginduk kepada NU. “Muslimat lahir dan tumbuh tidak sebagai struktur tambahan dari struktur organisasi NU, tapi memang sungguh diinisiasi sebagai gerakan perempuan. Maka kita bisa saksikan dari catatan sejarah bagaimana muslimat membuat prestasi-prestasinya sendiri,” katanya.

Gus Yahya melihat, perjuangan Muslimat NU memang sangat relevan dengan perjuangan NU dari masa ke masa, akan tetapi dengan cara-caranya sendiri di dalam melaksanakan peranannya di tengah-tengah masyarakat, bangsa, dan negara. “Maka lahirlah Muslimat NU ini sebagai perjuangan ibu-ibu untuk membangun kualitas perempuan-perempuan Nadlatul Ulama. Maka dimulai dengan pendidikan perempuan sampai kepada pengembangan peran perempuan,” katanya

Prinsip pembebasan hak perempuan yang dimulai dari pendidikan itu, lanjutnya, terinspirasi oleh hadist tentang menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yang sama antara muslim laki-laki dan perempuan. “Bahwa menuntut ilmu, mengembangkan kapasitas diri itu wajib bagi laki-laki maupun perempuan. Karena wajib, maka tidak boleh ada yang dibatasi. Perempuan tidak boleh dibatasi dalam mengembangkan kapasitas diri karena itu wajib bagi dirinya,” katanya. Jika sudah berkembang, maka kata Gus Yahya, urusan-urusan kemasyarakatan atau sosial dapat dipercayakan kepada Muslimat NU, karena memang sudah ahli atau memiliki dasar ilmunya.

“Kalau urusan itu diserahkan kepada bukan ahlinya, ya tunggu kiamatnya. Maka urusan itu harus diserahkan kepada ahlinya, kepada yang paling kompeten tidak peduli laki-laki atau perempuan,” jelasnya. Lebih jauh, menurutnya, jika sudah terjadi kesetaraan kapasitas dan kemampuan antara laki-laki dan perempuan, maka ke depan makin banyak kompetensi bagus dan terampil untuk menjadi pelayan yang dibutuhkan di dalam masyarakat.

“Sekarang kita melihat saya dari atas dari podium ini melihat ibu-ibu ini saya sudah melihat luar biasa ini berbagai macam kompetensi ya yang unggul yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini pasti banyak sekali,” katanya. (Bg)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *