Muslim Haram  Merayakan Valentine

Pemerintah daerah sudah ada yang menerbitakan larangan perayaan Hari Valentine. Seperti halnya Wali Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), H Qurais H Abidin. Dia  menerbitkan surat edaran Nomor 54 Tahun 2018  dengan tujuan untuk mencegah perilaku generasi muda, mahasiswa dan pelajar Kota Bima yang melanggar nilai-nilai moral dan akhlak yang umumnya terjadi setiap tanggal 14 Februari.

“Meminta seluruh pimpinan perguruan tinggi dan kepala sekolah/madrasah di wilayah Kota Bima untuk melarang kegiatan mahasiswa/pelajar. Baik di lingkungan perguruan tinggi/sekolah/madrasah atau di luar, yang bertujuan untuk merayakan Hari Kasih Sayang,” jelas dia.

BUKAN TRADISI ISLAM

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melarang umat Islam merayakan valentine. Wakil Sekjen MUI Dr Amirsyah tambunan menegaskan, valentine bukan tradisi Islam.

“Sebaiknya dijauhi,” katanya kepada majalahnurani.com, Selasa (13/2/2018).

Dijelaskan Amirsyah, bagi umat Islam, kasih sayang merupakan konsep universal yang mana kasih sayang berdasarkan akidah Islam yang jekas dan tegas membedakan haq dan batil.

“Kasih sayang itu tidak boleh menabrak aturan seperti menghalalkan berbagai cara. Kemudian kasih sayang dalam Islam itu juga membentuk karakter dengan memelihara kemaslahatan umat dan bangsa,” sambungnya.

MENJURUS ZINA

Kepada majalahnurani.com, Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr  Hj Uswatun Hasanah MA mengingatkan, merayakan hari valentine itu menjurus pada perzinahan.

“Ini dilarang dalam Islam. Perayaannya selalu negatif,” tutur dia.

Dikatakan Uswatun dalam Islam, kasih sayang itu setiap hari dlakukan. Namun kasih sayang yang dimaksud adalah kasih sayang antara suami-istri, orang tua kepada anak, anak kepada orang tua, antar sesama umat beragama. Apalagi ini adalah suatu prinsip dalam sekeluarga. Uswatun sangat tidak setuju adanya perayaan valentine digelar.

“Sebab, bisa kita lihat yang terjadi saat ini bahwa pasangan yang belum menikah mereka merayakan valentine dengan cara tidak benar. Dan itu sudah kenyataan bahwa kasih sayang pada perayaan valentine itu telah menjurus kepada perzinahan,” sambung anggota Dewan Syariah Nasional MUI Pusat itu.

Dia menyarankan, harus ada kebijakan pemerintah yang dengan tegas menolaknya. Selain itu, edukasi terus menerus ke masyarkat, terutama remaja sangat penting. Bahwa untuk membatasi agar tidak ikut-ikutan merayakan valentine yakni dengan ilmu agama.

“Ini semua karena adanya budaya barat seperti halnya perayaan valentine, pendidikan, pergaulan dan lingkungan. Adanya pergeseran nilai Islami ke nilai-nilai sekuler perlu diwaspadai. Namun saya meyakini bahwa kalau anak remaja di Indonesia di sekolahkan dengan dasar Islam atau di pesantrenkan, paling tidak para remaja ini mampu menolak budaya seperti ini karena memang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Peran orang tua berpengaruh sangat besar ketika adanya budaya barat yang secara jelas negatif itu mulai dikenal oleh anak. Nah, disinilah para orang tua harus memagari anak dengan ilmu agama yang kuat,” paparnya. 01/Bagus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *