Peringati Hari Kartini, SMAMDA gelar Pentas Arena

Ada cara banyak cara untuk memeringati Hari Kartini, mulai dari karnaval, kegiatan bakti sosial, lomba-lomba fashion, menulis cerita dan lain sebagainya. SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA) mempunyai cara tersendiri untuk memeringati hari bersejarah bagi kaum wanita ini. Sabtu, (21/04/18), SMAMDA menggelar PENA (Pentas Arena) dengan pementasan teater yang berjudul Omah di Balai Budaya, Jl Gubernur Suryo Surabaya.

WAWASAN SEJARAH

Kepala SMAMDA Astajab MM mengatakan, pementasan drama teater ini diharapkan bisa mengasah kreativitas siswa dalam bidang seni peran dan menambah pengetahuan siswa terutama sejarah.

“Kita memberi kesempatan untuk siswa siswi yang tergabung dalam ekstrakurikuler teater untuk berkreasi menggabungkan cerita sejarah dan fiksi. Saya juga berharap dengan pementasan ini siswa SMAMDA juga bertambah wawasannya tentang pejuang wanita yang bernama Bu Dar Mortir yang tidak banyak diperbincangkan,” ungkap Astajab kepada majalahnurani.comsaat temu media.

Menurut dia, pentas arena ini khusus menyajikan drama teater. Yang mebyajikannya yakni Teater Alif SMAMDA yang berusia 31 tahun. Yang biasanya hanya teater di sekolah, kata Astajab, saat ini dipublikasikan keluar.

Baca juga  Pria di Sumut Ngaku Nabi Ditangkap

“Panitia dari siswa sendiri. Dan teater ini masuk penilaian Bahasa Indonesia dan seni. Kegiatan ini bukan hanya pentas teater tapi gabungan beberapa ekskul seperti live music by Orkestra Sinematografi,” tukasnya.

Kusuma Wardani, Wakil Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur yang hadir saat teater merasa bangga karena SMAMDA mengembangkan kemampuan bidang akademis dan non akademis.

“Saya terkejut dengan teater SMAMDA. Luar biasa. Saya berharap nantinya bisa dikembangkan ke luar provinsi. SMAMDA saya harap bisa mendapat kesempatan itu. Terus berkarya yang membanggakan,” pungkas dia.

BU DAR MORTIR

Cerita yang diusung pada pentas arena ini merupakan gabungan dari sejarah dan fiksi karya siswa. Dengan mengambil Setting Surabaya, 1945, tokoh utama Marni, yang meninggalkan kampung halaman demi menyusul kekasihnya, Priyo yang bekerja untuk Belanda. Marni menumpang hidup dan membantu di dapur umum Bu Dariah di Jagalan. Baginya Priyo adalah rumahnya tetapi tidak dengan priyo. Bagi Priyo rumahnya adalah kemewahan. Marni kali ini berada dalam dua pilihan, memilih Priyo atau tanah airnya, Indonesia.

Baca juga  Dampak Psikologis Ketika Jadikan Anak Bahan Konten

Toko Bu Dariah merupakan  Bu Dar Mortir. Tokoh pejuang perempuan yang tidak asing di kalangan warga Surabaya terutama angkatan 45 dan kodam V Brawijaya. Ketika Inggris menyerbu Surabaya, Bu Dar adalah orang yang pertama menginisiasi pendirian dapur umum karena pemuda-pemuda yang maju bertempur itu tentunya tidak kepikiran bagaimana nanti mereka bisa mendapatkan ransum makanan.

Selain mendirikan dapur umum, Bu Dar juga mendirikan dan mengorganisir pos-pos PMI untuk merawat para pejuang yang terluka. Bu Dar senantiasa mengawasi ketat distribusi nasi bungkus – nasi bungkusnya.

“Kami memang sengaja untuk mengangkat seorang pejuang wanita dari Surabaya,” ungkap Darwis Okta Effendi SPd, pembina ekstrakurikuler SMAMDA.

Baca juga  Pria di Sumut Ngaku Nabi Ditangkap

Teater Bu Dar Mortir, sambung Darwis, tidak begitu dikenal oleh masyarakat Surabaya padahal peranannya sangat penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan untuk judul Omah, Ia menjelaskan bahwa Omah analoginya adalah Surabaya, rumah kita yang patut dipertahankan ketika akan direbut penjajah.

Ia juga menjelaskan moment 21 April ini tidak hanya memeringati hari Kartini, tetapi juga memerangati ulang tahun ekskul Teater yang genap berusia 31 tahun ini. Banyak karya pementasan yang telah ditelurkan ekskul yang tergolong tua di SMAMDA.

“Ini adalah pentas arena yang ke 13,” terang Darwis. 01/Bagus

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed