Kementarian Agama mengeluarkan standar minimal pelayanan minimal (SPM) untuk jemaah haji Indonesia selama di Arab Saudi. SPM tersebut mencakup layanan akomodasi, konsumsi, dan transportasi darat.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri (Dirjen PHU) Kemenag Sri Ilham Lubis kepada majalahnurani.com dalam rilis Rabu (25/4/2018) mengatakan keputusan itu dibuat untuk peningkatan kualitas pelayanan.
“Keputusan ini menjadi acuan bagi tim Ditjen PHU dalam memberikan pelayanan kepada jemaah haji Indonesia selama di Arab Saudi,” ujar dia.
LIFT MEMADAI
Sri Ilham mengatakan pelayanan minimal akomodasi mengatur persyaratan wilayah akomodasi. Semisal jarak di Mekkah maksimal 4.500 meter dari Masjidil Haram. Sementara itu, jarak di Madinah maksimal 1.500 meter dari Masjid Nabawi.
“Untuk kualitas akomodasi, bangunan harus baik dan layak, lift memadai, serta tersedia tempat makan. Khusus di Makkah, harus ada musala,” kata Sri Ilham.
PETUGAS PEMBAWA KOPER
Penyedia akomodasi, kata Sri Ilham, juga harus menyediakan sejumlah layanan, antara lain petugas pembawa koper jemaah sampai lantai kamar, air minum satu liter per hari per jemaah, mesin cuci, serta petugas kebersihan dan keamanan. “Khusus di Madinah, disiapkan juga layanan ziarah,” ujar dia.
40 KALI MAKAN
Sementara itu standar minimal konsumsi jemaah haji Indonesia akan menerima 40 kali makan selama di Mekkah. Santapan siang dan malam itu terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah dan air mineral.
“Selama di Madinah, jemaah mendapat 18 kali makan. Di Jeddah satu kali makan. Sedang di Armina, lima belas kali makan ditambah satu kali paket konsumsi di Muzdalifah,” ucap Sri Ilham.
BUS TRANSPORTASI
Adapun standar transportasi untuk jemaah disediakan di Mekkah, antarkota perhajian, dan Armina. Layanan transportasi itu diberikan kepada jemaah yang menempati hotel dengan jarak minimal 1.500 meter dari Masjidil Haram.
“Bus yang disiapkan minimal diproduksi tahun 2013 dengan kapasitas maksimal 70 penumpang,” kata Sri Ilham.
Tranportasi antarkota perhajian disiapkan untuk menjemput jemaah dari bandara Madinah maupun Jeddah dan mengantar jemaah ke hotel. “Tahun pembuatan minimal 2013 dengan kapasitas maksimal 47 kursi,” ujar dia menambahkan.
Sedang untuk transportasi Armina, disiapkan untuk mengantar jemaah dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah dan Mina pada saat puncak haji. “Transportasi Armina menggunakan system taraddudi atau shuttle,” kata Sri Ilham.
“Tidak ada biaya yang harus dikeluarkan lagi oleh jemaah untuk semua jenis layanan, baik akomodasi, konsumsi, dan transportasi darat ini,” ucap dia.01/ Bagus