Khatib PBNU Yahya Cholil Staquf menuai kecaman banyak pihak setelah videonya berdialog dengan seorang Rabi Yahudi dalam forum yang digagas American Jewish Committe, dan viral di media sosial belim lama ini.
UNDANGAN ISRAEL
Kecaman terhadap Yahya Staquf tidak hanya datang dari dalam negeri bahkan kelompok pejuang Palestina baik Hamas maupun Fatah mengecam tindakan yang dilakukan Yahya Staquf tersebut
Bahkan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Maruf Amin juga menolak keras langkah Yahya Cholil Staquf yang memenuhi undangan Israel dan memberikan pidato di forum America Jewish Commitee (AJC).
Langkah yang dilakukan oleh Yahya Cholil Staquf itu dinilai tidak ada kaitannya dengan PB Nahdatul Ulama (NU).
Sementara MUI sendiri mendukung penuh sikap pemerintah Indonesia dalam persoalan Palestina serta negara-negara OKI yang menegaskan bahwa Yerusalem adalah ibukota Palestina.
“Kita tidak mendukungnya,” ujar Kiai Maruf dalam rilis yang diterima majalahnurani.com Selasa (12/6/2018) malam usai Tausiyah Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia dalam menyambut Idul Fitri 1439 H di gedung MUI, jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.
Wakil Ketua Komisi Hukum MUI Pusat Ikhsan Abdullah menambahkan, kehadiran Yahya Cholil Staquf (YCS) ke Israel tak sejalan dengan politik luar negeri Republik Indonesia (RI). Ini mengingat sikap Indonesia yang menentang keras pendudukan.
“Kehadiran YCS di forum Yahudi itu, tidak sejalan dengan politik luar negeri RI yeng menentang keras pendudukan dan kejahatan Israel kepada rakyat Palestina,” kata dia.
Menurut dia, saat ini Indonesia telah mengambil garis politik luar negeri yang bebas aktif. Indonesia melalui Menteri Luar negeri Retno Marsudi mengutuk keras tindakan kebiadaban Israel atas pembantaian rakyat dan anak- anak Palestina yang tidak berdosa.
Ikhsan beranggapan, memori masyarakat perlu disegarkan kembali ihwal bagaimana bangsa Indonesia berhutang budi kepada rakyat dan pemerintahan Palestina di pengasingan pada 1948.
Palestina adalah negara Arab yang pertama kali mengakui Indonesia sebagai bangsa merdeka bersama dengan Mesir. Padahal, saat itu negara-negara internasional lainnya masih menunggu dan tidak bersikap atas kemerdekaan Republik Indonesia.
Ikhsan yang juga kader Nahdatul Ulama menilai, apapun dalilnya kehadiran Cholil Yahya Staquf dapat diartikan sebagai bentuk legitimasi dan pengakuan masyarakat dan ulama Indonesia kepada kejahatan Israel.
Ia mengingatkan, Nahdlatul Ulama adalah organisasi sosial keagamaan Islam terbesar di Indonesia. Selain itu, NU memiliki perwakilan diberbagai negara dengan jamaah berpuluh juta.
Ia mempertanyakan apabila Staquf bukan pengurus PBNU dan Katib Syuriah, apakah Israel tetap mengundangnya ke negera tersebut? Sehingga, ia meminta PBNU bertanggung jawab atas langkah Staquf itu.
ATAS NAMA PRIBADI
Dikonfirmasi majalahnurani.com, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan kehadiran Yahya Cholil Staquf di seminar yang diadakan oleh American Jewish Committee (AJC) Global Forum tersebut, bukanlah merepresentasikan NU.
“Kami menyatakan kehadiran Kiai Yahya Staquf atas nama pribadi, sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),” ujar Said Aqil.
Kiai Said menegaskan sejak dari dulu, sekarang dan seterusnya, NU akan selalu berpihak pada Palestina. NU akan berpihak kepada kebenaran dan menolak penindasan Israel kepada bangsa Palestina.
PBNU, ungkap Said, selalu menyuarakan kepada dunia internasional dan terutama kepada PBB dan pemerintahan Amerika Serikat, untuk menegakkan keadilan di Palestina.
“Mari kita dukung Palestina untuk meraih kemerdekaannya dan mendapatkan haknya sebagai bangsa yang merdeka dan diakui eksistensi serta kemerdekaannya oleh dunia internasional,” tandas dia. 01/ Bagus