MUI Tanggapi Survei Pelecehan Wanita di Ruang Publik

Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) baru saja merilis survei nasional soal pelecehan di ruang publik.

Diantaranya komponen mengenai pakaian yang dikenakan perempuan saat mengalami pelecehan seksual.

Responden yang mengalami pelecehan seksual, 17,47 persen mengenakan rok panjang dan celana panjang, di peringkat bawahnya ada perempuan berbaju lengan panjang (15,82 persen), baju seragam sekolah (14,23 persen), serta pakaian lainnya hingga 19 jenis. Perempuan berhijab pendek/sedang (13,20 persen), berhijab panjang (3,68 persen), serta berhijab dan bercadar (0,17 persen) juga kena pelecehan. Bila dijumlahkan, sekitar 17 persen mengenakan hijab.

ADA PELUANG

Dikonfirmasi soal survei itu, khususnya perempuan berhijab, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh menjelaskan nilai-nilai berbusana yang ada dalam agama harus tetap dipegang.

Menurut dia terjadinya pelecehan seksual itu karena niat jahat pelaku. Sehingga perbuatan tersebut tak bisa dilepaskan dari terbukanya kesempatan di depan pelaku.

“Ya karena ada peluang,” ujarnya kepada majalahnurani.com Rabu (24/7/2019).

Untuk itu, peluang harus ditutup semaksimal mungkin. Ni’am menganalogikan, hubungan antara pakaian yang dikenakan perempuan dengan pelecehan seksual sama saja dengan hubungan perhiasan pemudik dengan tingkat kriminalitas di jalur mudik.

Pada saat mudik lebaran, polisi juga mengimbau pemudik agar memakai pakaian sederhana dan tidak membawa perhiasan berlebihan. Itu agar tidak memancing terjadinya kejahatan. Imbauan itu sebagai langkah antisipatif dan preventif.

“Imbauan seperti itu memang tidak lantas menghilangkan kejahatan penjambretan perhiasan pemudik, namun setidaknya imbauan itu bisa mengurangi peluang terjadinya penjambretan,” sambungnya.

Hendaknya perempuan berpakaian sesuai aturan agama, supaya perempuan tak menjadi korban pelecehan seksual.

Ni’am mengamati, hendaknya ada kepatutan, ada norma agama, ada norma sosial, ada norma hukum yang harus diikuti.

JANGAN PERMISIF

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia sudah menekankan pentingnya peran kaum laki-laki untuk peduli terhadap masalah ini.

Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi Masduki Baidlowi menghargai survei itu yang menggambarkan secara netral.

Menurut dia, faktor pelaku sangat dominan. Untuk itu dia menekankan agar masyarakat jangan permisif dan menganggap enteng.

“Semua harus menjaga dan peduli. Terutama pada laki-laki, karena kebanyakan pelakunya laki-laki,” tandasnya. Bagus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *