Hari Rabu, (16/5) Jam 8.30 wib Ketua Komisi Peelindungan Anak Indonesia Dr Susanto diterima oleh Kapolda Jatim, Irjend Pol Drs Mahfud Arifin, SH, beserta jajarannya, serta Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Prov Jatim serta, LPSK.
Ketua KPAI langsung berkunjung ke RS Bayangkara untuk melihat langsung anak dari terduga pelaku teror.
“Terdapat 7 anak, yang mendapatkan perawatan. Secara fisik, ketujuh anak anak tersebut sudah membaik, namun masih memerlukan asesment psikologis untuk memastikan intervensi rehab selanjutnya,” kata dia kepada majalahnurani.com
POLA PENGASUHAN
Menurut dia, kondisi 7 anak tersebut, tentu memerlukan rehab secara komprehensif. Bukan hanya medis, sosial dan psikologis, namun juga perlu sentuhan pemahaman keagamaan yang tepat.
“Tentu kita berharap jika ada potensi infiltarasi radikalisme dari pola pengasuhan sebelumnya yang dilakukan oleh terduga pelaku, tentu harus dihilangkan, agar ke depan anak memiliki pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang tepat,” tambahnya.
Di lain pihak, KPAI juga menghimbau kepada semua pihak, mengingat saat ini terjadi pergeseran pola rekrutmen pelaku teror dari orang dewasa ke anak, maka semua harus waspada. Bisa jadi, kata Susanto, polanya akan terus berubah, agar tak terdeteksi oleh aparat dan orang sekitar.
“Pastikan bahwa anak mendapatkan guru yang tepat, berfikir luas dan memiliki pemahaman keagamaan yg tepat. Tak ada ajaran agama yang mengajarkan terorisme. Terorisme melanggar ajaran agama dan prinsip-prinsi nilai bernegara dan berkebangsaan,” urainya.
Susanto mengungkap, pola-pola baru yang digunakan oleh jaringan pelaku teror dalam mentoring dan rekrutmen anggota adalah masuk pada wilayah yang dipandang vital secara sosial.
“Dalam banyak kasus, jaringan teror mengincar guru sebagai mentor, kemudian orangtua agar menjadi mentor bagi anaknya, sebagaimana kasus terbaru. Karena orangtua merupakan sendi vital dan kehidupan bermasyarakat,” ungkap dia.
MASUK INSTITUSI
Dari pengamatan KPAI, bisa jadi pola ini akan terus berubah, jajaran tingkat keluarahan, desa, RT dan RW perlu hati-hati, waspada dan memiliki pertahanan pemahaman keagamaan yang tepat. Agar tak menjadi incaran infiltrasi radikalisme. Karena ini merupakan kelompok vital dalam masyarakat.
“Ternyata isteri terduga teroris sidoarjo yang berstatus PNS Kemenag menandakan bahwa infiltrasi mulai masuk ke institusi penting. Bagaimana jika yang bersangkutan ternyata bertugas dibagian pelatihan guru? inikan sangat berbahaya,” kata Susanto.
Berangkat dari pengalaman ini, pola rekrutmen PNS di semua Kementerian dan Lembaga Negara serta Pemerintah Daerah, Dosen, Guru, Tenaga layanan publik harus diperketat.
“Terutama harus dipastikan calon yang memiliki pemahaman keagamaan dan kebangsan yang tepat,” tegasnya. 01/ Bagus