Bertempat di Lapangan Basket, SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Pucang Surabaya menggelar halal cooking dengan tema Jangan Asal Makan pada Jumat (8/6/2018) sore.
Ratusan siswa, guru, wali murid dan warga sekitar, antusias mengikuti demo memasak Japanese Food yakni Sushi yang dipandu langsung oleh Chef Halal Herman Kemang.
Hadir pula narasumber Dr. rer. nat. Fredy Kurniawan, M.Si. selaku Ketua Pusat Kajian Halal ITS Surabaya dan Kepala SMAMDA Astajab MM.
ARAK MURNI
SMAMDA mengangkat tema Japanese Food. Kenapa ? Karena masyarakat umumnya mengenal makanan-makanan asal negeri matahari terbit ini “baik-baik saja”. Mungkin dikarenakan bahannya banyak yang dapat kita jumpai di sekitar kita, fresh, namun kita tidak mengetahui dimanakah titik kritis kehalalannya.
Chef Herman pun mengenalkan bahan-bahan halal membuat sushi. “Ada yang tahu bahan sushi,gak? Tapi yang halal,” tanya Chef Herman di depan siswa.
Sambil mengenalkan bahannya, Chef Herman mrngatakan bahwa nasi sushi itu beda dengan nasi yag kita makan sehri-hari. Mayoritas sushi itu mengandung arak murni atau yang boasa disebut shake dan juga menggunakan mirin atau arak Jepang.
“Ini yang tidak dibolehkan karena bisa haram,” jelas dia.
Diungkapkannya bahwa bahan yang bersentuhan bercampur dengan bahan haram, maka jadi haram. Sama seperti membuat sushi. Jika bahan dasarnya halal tapi tercampur dengan bahan haran maka menjadi haram.
“Halal haram makanan itu tidak bisa dilihat kasat mata. Tahu halal haram dengan cara meneliti komposisinya,” katanya.
Ada dua bagian bahan yang bisa dikatakan makana itu halal atau haram. Pertama dari unsur bahannya saja. Kemudian dari unsur di luar bahan itu sendiri.
“Misalnya bahan dasarnya memang halal. Tapi karena mencuri atau bahan seperti daging sapi, ayam yang menyembelihnya tidak syari, maka akhirnya menjadi haram,” papar Chef Herman.
MENGEDUKASI MASYARAKAT
Sementara menurut Astajab, kegiatan ini sengaja digelar dengan mengundang dan mengedukasi masyarakat umum.
“Sehingga mereka tahu bagaimana memilih makanan halal dan thayib,” ujarnya.
Di Islam, lanjut Astajab, Allah mengatur yang namanya hukum memakan makanan mulai dari yang dinamakan halal (diperbolehkan) atau haram (dilarang) sehingga endingnya kita sebagai muslim dituntut agar jangan asal makan.
“SMAMDA sangat mendukung kegiatan ini, agar masyarakat pada umumnya serta seluruh warga SMAMDA pada khususnya lebih teredukasi tentang halal dan haram yang mana masalah ini masih dianggap hal remeh. Padahal makanan yang terlihat halal belum tentu baik (thoyyib) dan makanan yang terlihat halal juga ternyata belum tentu halal karena pencampuran bahan-bahan didalamnya,” tandas dia.01/ Bagus