Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin terus melakukan inovasi terhadap layanan haji.
Menurut dia, ada beberapa perhatian dan harus menjadi inovasi pada penyelenggaraan ibadah haji di tahun 2019.
SISTEM ZONASI
Pertama, penerapan fast track pada seluruh bandara pemberangkatan. Kalau tahun ini baru dapat dilaksanakan di Bandara Sokarno Hatta, maka Menag mengusahakan tahun depan sudah dapat dilaksanakan di seluruh bandara.
“Kedua, penempatan jemaah haji berdasarkan sistem zonasi,” ujarnya dalam siaran pers Menag yang diterima majalahnurani.com Kamis (6/12/2018).
Tujuan sistem zonasi, agar dapat meningkatkan kenyamanan sekaligus pelayanan bagi jemaah di tanah suci.
“Tentu orang Bugis akan lebih senang jika tempat tinggalnya di sana berdekatan dengan orang Makasar. Selain bahasa yang digunakan, ini juga memudahkan kita bila ingin menentukan menu katering. Sehingga akan lebih dekat seleranya dengan masing-masing jemaah,” lanjutnya.
Ketiga, papar Menag yakni penggunaan air conditioner (AC) di Arafah. Menurut Menag ini perlu menjadi perhatian, karena dalam survei BPS pun disebutkan bahwa pelayanan di Arafah, Muzdalifah dan Mina memperoleh nilai paling rendah, yakni 82,60. Sementara pelayanan di Makkah memperoleh indeks 87,34. Dan pelayanan di Madinah memiliki indeks 85,37.
SISTEM DIGITAL
Keempat, Menag berharap pada penyelenggaraan haji 2019, Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyiapkan sistem pelaporan petugas digital.
“Seluruh petugas kita harus sudah bisa melakukan pelaporan secara digital. Siapkan dalam sebuah aplikasi terintegrasi,” pesan Menag.
Kelima, yakni penguatan manasik haji. Menag menegaskan bahwa perlu memperkuat manasik haji.
“Kita perlu memikirkan terkait inovasi manasik haji, dengan membuat audio visual atau lain sebagainya,” terangnya. 01/Bagus