Peluang dan Tantangan Membina Keluarga di Era Gobal

Oleh :
Dr. Amirsyah Tambunan, Wakil Sekjen MUI, Sekjen ADI

Pendidikan keluarga merupakan madrasah pertama untuk membentuk karakter dalam rangka mewujudkan kader umat dan bangsa.

Untuk mewujudkan kader umat, keluarga harus mampu menjadi garda terdepan melakukan pembinaan keluarga menjadi kader umat.

Disamping itu kepala keluarga diharapkan mampu menanamkan nilai nilai aqidah agar karakter kaluarga mampu menghadapi tantangan global yang penuh persaingan dan pertarungan.

Dengan kata lain rumah tangga merupakan medan pertarungan utama antara Islam dengan kezaliman dalam menghadapi problem sosial.

FENOMENA SEKULARISASI

Diantara tantangan yang dihadapi masyarakat Islam adalah permasalahan sekularisme.

Fenomena sekularisasi menjadi tantangan nyata bagi keluarga. Keluarga yang kuat akan mampu menjawab tantangan tersebut menjadi peluang untuk maju sejalan dengan tuntunan zaman.

KONSERTATIF

Jadi Islam sudah sangat kuat memberikan landasan untuk maju. Orang Islam maju karena mengamalkan ajaran Islam. Cara berpikir konsertatif tidak ada hubungan dengan ajaran Islam. Karena Islam mengajarkan cara berpikir maju dengan perintah al-Qur’an apakah kamu tidak berfikir (afala ta’qilun).

Baca juga  Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Puluhan Korban Luka-1 Tewas

Cara berfikir konserfatif merupakan budaya berpikir sekuler yang ingin memisahkan agama dengan dunia (sekularisme). Tolak ukur maju mundurnya negara ditentukan oleh cara berpikir, bertindak yg sejalan dengan nilai nilai al-Qur’an dan As-Sunnah.

Karena itu untuk menolak cara berfikir sekuler, al Qur’an dan As-Sunnah telah memberikan contoh pada keluarga Lukman di abadikan namanya dalam al Qur’an agar keluarga dibina diatas landasan Aqidah.

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelanggaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13):

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ

Baca juga  Jasa Raharja Siapkan Pembayaran Klaim Korban Kecelakaan Tol Purbaleunyi

AKHLAKUL KARIMAH

Syariat Islam dan akhlaqul karimah harus mampu menjadi pondasi cinta kepada Allah mengalahkan kecintaan kepada dunia.

Setelah keluarga dalam masyarakat Islam menjadi pemenang dan mendominasi dalam menegakkan akhlaqul karimah, maka masyarakat Islam akan menjadi kawah candara di muka dalam memberikan warna terhadap nilai nilai kebangsaan.

Oleh karena itu keluarga memiliki peran ganda dalam mewujudkan kader umat dan kader bangsa. Dengan alasan yang kuat, antara lain:

Pertama, keluarga merupakan satuan sosial yang asasi dalam membentuk kader umat dan kader bangsa.

Kedua, keluarga harus menjadi menjadi garda terdepan membentuk masyarakat Islami. Artinya masyarakat yang menyadari perannya sebagai pasukan yang berhadap-hadapan dengan barisan prajurit sosial untuk menolak budaya “jahiliyah modern” seperti sekularisme melalui arus informasi yang gencar masuk kerumah tanpa pamit.

Baca juga  Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang, Jasa Marga Alihkan Arus Lalu Lintas Bandung Menuju Jakarta

Rasulullah SAW bersabda :
“Allimu auladakum fainnahum makhliquna lizamanin ghairi zamanikum. Artinya : Didiklah atau ajarilah anak-anakmu. Karena mereka diciptakan untuk zamannya di masa depan, bukan untuk zamanmu sekarang,” ujar Umar menukil Hadits Nabi Muhammad SAW.

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tak terhindarkan oleh keluarga, karenanya TIK harus dikuasai oleh keluarga, agar keluarga tidak dikuasai TIK.

Oleh sebab itu keluarga harus memanfaatkan TIK secara positif dalam membentuk karakter keluarga yang Islami sebagai kader umat dan kader bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed