Kemenag ingin agar asosiasi travel haji dan umrah yang ada bisa disatukan. Wacana ini memang dianggap berat. Karena belum tentu asosiasi yang ada juga setuju. Di sisi lain, dengan hanya satu asosiasi, dinilai bisa memperkuat bergaining dan mudah menyelesaikan persoalan seperti krisis penipuan.
Kepada majalahnurani.com, subdit umrah Kementerian Agama (Kemenag) Zakaria A mengaku hingga kini Kemenag sampai dengan saat ini belum mengatur secara rinci tentang keberadaan asosiasi. Ini masih wacana. Yang menjadi pertanyaan dasar, apakah para asosiasi yang akan disatukan ini bisa sepakat atau.
“Menurut kami sangat bagus. Sehngga bisa menyatukan seluruh kalangan PPIU/PIHK dalam satu wadah. Dan tidak terkesan terpecah-pecah,” ungkapnya Jumat (26/1/2018).
PERKUAT BARGAINING
Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Chepy Jawara, menyatakan adanya wacana penyatuan asosiasi itu diambil positifnya. Dimana dengan adanya satu asosiasi, maka bergaining makin kuat untuk negosiasi ke Arab Saudi. Kalau satu bahasa itu lebih enak. Tujuan kebijakan untuk disosialisasikan juga lebih bagus lagi.
“Masukan ke Kemenag pun juga beraneka macam. Penyatuan asosiasi ini Amphuri menyambut baik. Karena kita melihat positifnya,” tuturnya kepadamajalahnurani.com, Jumat (26/1/2018).
Untuk saat ini memang Amphuri tegas terhadap keputusan. Misalnya, papar Chepy, Amphuri tak segan mengeluarkan anggotanya ketika bermasalah. Tentu ini juga bisa tidak dilakukan asosiasi lainnya. Sehingga travel yang tidak mematuhi aturan di Amphuri, maka bisa berlindung di asosiasi yang lain.
KRISIS PENIPUAN
Sekarang yang menjadi masalah utama, tambah Chepy yakni krisis penipuan. Ini termasuk krisis nasional. Banyak kebocoran kebijakan dari perilaku travel yang bermasalah. Dengan banyak asosiasi, untuk sentral infomasi, sentral kebijakan akan jadi susah.
“Berbeda jika hanya satu asosiasi saja. Apalagi syaratnya bahwa travel diwajibkan harus masuk asosiasi,” sambungnya.
Di Amphuri, cerita Chepy, itu team work. Bekerja untuk kepentingan bersama dan masyakat. Tidak menjadi gagah karena ketua, tidak pula menjadi hormat karena menjadi ketua dewan kehormatan.
“Itulah kita sebagai team work di Amphuri, bagi kami jabatan di Amphuri ini biasa aja. dengan penyatuan asosiasi ya silahkan. Kita menilaiya postifi saja,” jelas Chepy.
BANYAK PLUSNYA
Humas Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) Firman S mengungkapkan jika wacana penyatuan asosiasi itu sangat bagus.
“Jadi seperti dulu lagi. Tapi karena enggak sesuai akhirnya pecah lagi,” ujarnya.
Menurut Firman, ada bergaining dalam asosiasi tersebut. Ketika ada suatu masalah soal travel haji umrah, maka dengan cepat bisa diselesaikan. Firman menilai penyatuan asosiasi yang ada saat ini bisa dilakukan. Di Himpuh sendiri, Ketua Umum Himpuh Baluki Ahmad sejatinya menerima.
“Kita welcome saja jika memang disatukan. Ini kan ibadah. Tapi saya enggak tahu yang lain, apakah punya etiket yang baik atau tidak,” paparnya.
Menurut Firman, penyatuan asosiasi ini banyak plusnya. Ketika hanya ada satu asosiasi, akan semakin kuat ketimbang seperti saat ini. Banyak asosiasi dan terpecah belah. Namun yang menjadi kekawatiran Firman, ketika disatukan, maka asosiasi yang ada ini akan berebut menjadi ketua.
Seperti contohnya dulu sudah jadi satu dimana Baluki menjadi ketua umum. Tapi ternyata tidak berjalan. Dan akhirnya pecah dan membentuk asosiasi sendiri.
“Kalau sudah berebut menjadi pimpinan, itu yang susah. Itu memang hak manusia dengan membentuk asosiasi,”
Kalau di Himpuh sendiri, kata Firman, masalah-masalah yang ada dengan cepat bisa diselesaikan. apalagi ketika hanya ada satu asosiasi saja. tapi terus terang saja untuk asosiasi yang lain bagaimana dalam menyelesaikan masalah juga tidak tahu.
“Bicara soal masalah di kedutaan, di kepolisian, yang menyelesaikan itu Himpuh dulu. Itu yang jalan duluan Himpuh,” tegas Firman mengklaim.
Terkait adanya provider, jika ada satu asosiasi saja, maka lebih mudah dikontrol. Seperti pengamatan Firman, saat ini ada empat asosiasi, ketika ada pembayaran Arofah Mina, Saudi Arabia selalu mengadu.
“Oh asosiasi ini sudah bayar sekian, kalau kamu gak mau bayar sekian ya sudah terserah. Akhirnya kan diadu. Kalau hanya satu, kan ga mudah diadu,” ceritanya.
Yang penting ketika hanya ada satu asosiasi, saran Firman, siapapun harus legowo siapa yang menjadi pimpinannya. Tidak perlu menggerogoti asosiasi itu sendiri dan akhirnya memutuskan untuk membuat asosiasi sendiri.
Selain itu, Firman menganggap dengan adanya satu asosiasi maka lebih mudah untuk mengontrol travel-travel. Seperti diketahui, sangka Firman, saat ini ada asosiasi yang mengumpulkan anggota-anggota travel yang tidak punya izin.
“Ini kan gak boleh. Masak mau berangkatkan umrah tapi ga punya izin. Jadi bisa dipertanggungjawabkan. Bukan malah bisa jadi anggota asosiasi. Makanya ketika First Travel minta rekomendasi Himpuh untuk perizinan, kita ga mau,” tandasnya. 01/Bagus