Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin prihatin menjelang pemilu April mendatang. Dia menilai bahwa masing-masing timses peserta Pilpres 2019 sudah keterlaluan selama masa kampanye berjalan sejak September lalu. Begitu juga para pendukungnya.
MELAMPAUI BATAS
Menurutnya kedua belah pihak sudah keterlaluan.
“Sudah sangat melampaui batas budaya maupun agama,” ujarnya kepada majalahnurani.com Kamis (31/1/2019).
Din menyatakan bahwa keterlaluan tersebut lantaran timses melabeli salah satu timses pasangan calon lain dengan nama-nama hewan.
Tentu saja dalam Islam itu sama saja tidak menghargai manusia sebagai ciptaan Allah.
“Mendegradasi harkat kemanusiaan dan mendegradasi penciptaan Allah. Illahi,” terangnya.
ADU KONSEP
Untuk itu Din berpesan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam pilpres, khususnya para peserta dan timsesnya, agar mengedepankan hal-hal yang subtansial. Misalnya adu konsep, gagasan, visi dan misi. Bukan malah menyerang secara personal.
“Pilpres adalah pesta demokrasi tingkat nasional. Karenanya, tidak patut jika yang mengudara di ruang publik adalah serangan-serangan yang bersifat personal,” ungkapnya.
Din mengaku bahwa serangan yang bersifat personal kepada salah satu timses merupakan sifat demokrasi tingkat desa.
“Bahkan tingkat desa sudah tidak ada,” tandanya.
Ditanya apakah pernyataan Din tersebut di posisi berpihak dan mendukung salah satu paslon. Lantas dia membantahnya.
“Ini ditujukan kepada kedua Paslon,” jelasnya.
Dia berharap waktu yang tersisa sebelum pencoblosan benar-benar digunakan sebaiknya mungkin oleh Paslon dan timses masing-masing.
Masyarakat khususnya umat Islam perlu diberikan pandangan yang lengkap perihal visi dan misi jika memenangkan Pilpres mendatang.
“Kita MUI tadi berpesan kepada pasangan maupun timses masing masing, pendukung, jangan jorjoran. Maka terus terang saya berharap sisa waktu sampai hari pencoblosan nanti itu agar ya berkualitas,” tandasnya. 01/Bagus
