Para Ahli Kritik Menkes Soal Sertifikat Vaksinasi Covid-19

Pakar ahli covid-19 mengkritik langkah Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi yang berencana membebaskan penggunaan sertifikat digital vaksinasi sebagai syarat bebas bepergian tanpa tes swab PCR kepada warga yang sudah disuntik vaksin Covid-19.

MENGURANGI GEJALA

Pandu Riono, Ahli Epidemiologi FKM UI memaparkan, dalam sejarahnya, vaksin memang bukan untuk menghentikan penularan. Tapi hanya untuk mengurangi gejala sakit.

“Belum ada data karena divaksinasi lantas tak tertular, cuma mengurangi gejala sakit, mengurangi orang yang bergejala covid,” jelasnya saat Jumat (15/1/2021).

Oleh sebab itu penggunaan sertifikat covid-19 dinilai kurang tepat. Sementara Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman juga mengkritik kebijakan pemerintah itu. Ia menilai hal ini sudah melenceng dari strategi penanggulangan virus Covid-19, dan berpotensi bahaya bagi masyarakat.

Baca juga  Ribuan Guru, Dosen dan Karyawan YPM Taman Sidoarjo Hadiri Halal Bihalal

“Vaksinasi itu tidak bisa menggantikan testing. ini rencana yang berbahaya karena ini tidak sesuai dengan konsep pengendalian pandemi, karena yang divaksin tetap berpotensi membawa virus Covid-19 ” jelas Dicky.

Setelah disuntik vaksin, dilakukan tes swab pada primata. Hasilnya, tetap ditemukan SARS-CoV-2 di hidung, tenggorokan, atau saluran nafas atas lainnya.

PENELITIAN ILMIAH

Pernyataan serupa juga datang dari praktisi kesehatan masyarakat, Endri Budiawan. Ia memberi contoh penelitian dan uji pre-klinis pada uji klinis tahap pertama vaksin corona yang dilakukan terhadap primata.

“Masih ditemukannya virus di saluran nafas atas menimbulkan kesimpulan vaksin tidak melindungi infeksi. Karena si virus masih bisa menyerang saluran nafas atas dan brekembang biak disana,” tuturnya.

Baca juga  Ribuan Guru, Dosen dan Karyawan YPM Taman Sidoarjo Hadiri Halal Bihalal

Ia berpandangan bahwa pemberian sertifikat vaksin Covid-19 sebagai pengganti PCR adalah keputusan keliru, karena tidak berdasarkan penelitian ilmiah.

Endri juga menjelaskan bahwa peneliti belum memiliki data yang akurat terkait efektifitas vaksin untuk mencegah kematian dan kasus berat akibat penyebaran virus Covid-19.

“Kita belum punya data yang kuat bahwa vaksin mencegah kasus berat dan kematian (akibat penyebaran Covid-19), ” lanjutnya. Bagus

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed