Jadi Pelopor Literasi, SMPN 2 Sedati Kembali Launching 11 Buku

Sebagai pelopor gerakan literasi sekolah, SMPN 2 Sedati (Spendati) Sidoarjo kembali melaunching 11 judul buku pada Selasa (7/2). Launching ini bertepatan di momen Isra Mi’raj dan Dies Natalis ke-38 Spendati. Tercatat hingga tahun 2024, Spendati sudah menelurkan 40 buku karya siswa dan guru-guru.

Koordinator Gerakan Literasi Spendati Suryantiningsih MPsi menceritakan, awal mula inisiasi gerakan literasi ini ketika pertama kali pada masa pandemi Covid19.

“Munculnya inspirasi gerakan literasi ini saat bimbingan konseling via oline di masa pandemi Covid19. Kala itu banyak siswa mengeluh menghadapi masa pandemi,” tuturnya diwawancarai majalahnurani.com.

Dari situlah, Yanti, sapaannya, mengarahkan siswa untuk menuliskan curahannya tersebut.
“Ternyata kok banyak yang berbakat menulis. Alhamdulillah akhirnya kami menghimpun dan mendampingi siswa untuk menulis hingga menjadi karya buku. Buku ber-ISBN yang pertama diterbitkan berjudul Kisahku pada Masa Pandemi,” cerita Yanti.

Baca juga  Viral Penerima KIP Kuliah Pamer Kemewahan, Kemdikbudristek: Perguruan Tinggi Harus Evaluasi!

Kata Yanti, pihak sekolah pun mengkoordinir dan memfasilitasi siswa yang suka menulis hingga menampung dan menerbitkan banyak buku. “Kita apresiasi, kita beri penghargaan dan piala ke siswa,” ungkapnya.

Di Spendati sendiri ada komunitas yang bernama Regrati yakni Arek-arek Gerakan Literasi Spendati. Hingga kini orang tua siswa pun sangat mendukung gerakan litarasi untuk anaknya. Perlu diketahui bahwa adanya gerakan literasi ini tak hanya membuat siswa semangat, tapi juga membuat guru semangat menulis karya buku. “Alhamdulillah guru-gurunya pun juga demikian,” sambungnya.

Diharapkan dengan adanya komunitas Regrati ini, bisa menularkan ke siswa atau bahkan ke sekolah lainnya. Sehingga setiap anak minimal berkarya bisa membuat satu buku.

Baca juga  Ribuan Guru, Dosen dan Karyawan YPM Taman Sidoarjo Hadiri Halal Bihalal

Kania Nawalia Saputri, siswi Spendati kelas 9A baru saja merampungkan novel berjudul Aku Bagaikan Rubrik. Dia mengaku tertarik ingin menulis novel setelah melihat kakak kelasnya yang bisa membuat karya buku.
“Jadi saya pengen punya karya buku sebelum lulus dari sini seperti kakak kelas saya,” kata Kania yang terinspirasi dari Dere, seorang musisi.

Ketua Regrati Shafa Ayu Salsabila, siswi kelas 8 mengatakan, di komunitasnya semua siswa diajak berbagi ilmu literasi. “Kita berbagi ilmu tentang literasi. Mulai menulis novel, pantun, cerpen dan esai. Kita harus menanamkan literasi sejak dini agar teman-teman bisa berkarya,” ceritanya.

Shafa juga berbagi tips menulis. Yang pertama, lanjutnya, harus mencari referensi buku. Kemudian banyak membaca. “Kemudian dari situ mulai mengawali menulis. Bahannya dari referensi tersebut. Refrensinya bisa dari buku, dari teman atau lingkungan,” ucap Shafa yang juga sudah menerbitkan karya antologi cerpen dan puisi, seperti di Buku Habsari dan Gayung Lintang, Pancasilaku Jilid 2. (Erbe/Bagus, foto: Bagus)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

News Feed